Cokelat Dubai kini tengah populer dan banyak diminati oleh pecinta kuliner di Indonesia. Banyak orang rela memesan melalui jasa titip (jastip) demi mencicipi cokelat bar dengan isian pistachio dan kunafa yang dibuat oleh Fix Dessert Chocolatier di Dubai.
Namun, penting bagi umat Muslim untuk memperhatikan titik kritis kehalalan cokelat Dubai sebelum membeli. Aisha Maharani, pegiat halal sekaligus Founder Halal Corner, menjelaskan bahwa titik kritis halal pada cokelat Dubai terutama terdapat pada bahan utama cokelat dan bahan isian kunafa.
Aisha menyebutkan bahwa beberapa bahan utama cokelat seperti gula, susu, lemak, khamr (alkohol), dan lesitin perlu diperiksa. Misalnya, meskipun gula berasal dari bahan nabati, proses produksinya sering melibatkan pemutih yang perlu ditinjau kehalalannya. Susu juga berpotensi terpapar kontaminasi barang haram selama proses pengolahan, sementara khamr dapat ditemukan dalam cokelat yang mengandung rum. Selain itu, lemak dan lesitin sebagai bahan emulsifier harus dipastikan tidak menggunakan bahan dari babi.
Pada isian kunafa, bahan utamanya berupa adonan kataifi (kataifi dough) juga memiliki titik kritis halal. Kataifi dough terbuat dari minyak sayur, tepung terigu, tepung maizena, air, dan garam. Menurut Aisha, minyak sayur memiliki titik kritis pada asam yang digunakan dalam proses degumming dan karbon aktif dalam bleaching, yang bisa saja berasal dari tulang hewan.
Selain itu, proses pembuatan tepung terigu melibatkan penggunaan asam amino L-sistein, yang dapat diperoleh dari rambut manusia, bulu hewan, atau produk mikroba. Oleh karena itu, proses ini perlu diawasi agar tidak menggunakan media yang tidak halal.
Dengan memperhatikan titik kritis ini, konsumen Muslim dapat lebih selektif dalam memilih produk cokelat untuk memastikan kehalalannya.