Psikolog sekaligus pendiri Sahabat Ibu dan Orang Tua (SOA), Hanlie Muliani, menekankan pentingnya membangun hubungan emosional antara ibu dan anak sejak dalam kandungan. Salah satu cara efektif untuk mempererat kedekatan ini adalah dengan memberikan air susu ibu (ASI) dengan perasaan ikhlas dan bahagia.
Menurut Hanlie, emosi positif ibu saat menyusui dapat berdampak langsung pada kualitas ASI yang dihasilkan. Meskipun demikian, asupan nutrisi yang bergizi juga tetap menjadi faktor utama dalam menjaga kualitas ASI.
"Jika ibu menyusui dengan perasaan bahagia dan senang, ASI yang keluar akan lebih berkualitas. Hubungan emosional antara ibu dan anak pun akan semakin erat," ujar Hanlie.
Ia juga memahami bahwa emosi ibu bisa berubah-ubah karena berbagai faktor. Tidak jarang ibu mengalami stres, kesal, atau bahkan marah dalam proses mengasuh anak. Untuk mengatasi hal ini, Hanlie menyarankan agar ibu meluangkan waktu untuk diri sendiri atau yang dikenal dengan istilah "me time".Ibu menyusui (ilustrasi). Umat Islam diimbau tidak membuat atau menggunakan perhiasan dari ASI atau tali pusar bayi.
Namun, "me time" tidak harus selalu berarti bepergian jauh atau menghabiskan banyak uang. Ibu bisa melakukan hal sederhana seperti menenangkan diri selama 40 menit hingga satu jam untuk introspeksi dan berbicara dengan diri sendiri.
"Momen ini bisa digunakan untuk refleksi, memahami perasaan diri sendiri, dan mencari ketenangan," kata Hanlie.
Jika setelah waktu sendiri ibu masih merasa stres atau tidak menemukan solusi, Hanlie menyarankan untuk berbagi cerita dengan orang terdekat yang bisa dipercaya. Jika diperlukan, konsultasi dengan psikolog atau psikiater juga bisa menjadi pilihan untuk mendapatkan dukungan mental yang lebih profesional.
Dengan menjaga kesehatan mental dan emosional, ibu dapat memberikan ASI yang lebih berkualitas serta memperkuat ikatan emosional dengan anak.