Ingin Melatih Kreativitas? Lokakarya Pemberdayaan Organisasi Penduduk Imigran Baru di Kaohsiung Siap Membantu Anda!

1,3 Juta Konten Porno dan Judol ‘Disapu’ dari Dunia Maya

Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) telah menindaklanjuti lebih dari 1,3 juta konten negatif dalam kurun waktu sekitar lima bulan. Konten tersebut mayoritas terkait pornografi dan perjudian daring, yang paling banyak dilaporkan oleh masyarakat.Sebanyak 1.352.401 konten negatif ditangani dalam periode 20 Oktober 2024 hingga 8 Maret 2025 berkat partisipasi aktif masyarakat melalui aduankonten.id. Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Kementerian Komdigi, Alexander Sabar, menegaskan bahwa keterlibatan masyarakat berperan penting dalam mempercepat penanganan konten melanggar regulasi.Dari total konten yang ditangani, 233.552 kasus terkait pornografi, dengan mayoritas berasal dari website (219.578 kasus), disusul platform X (Twitter) dengan 10.173 kasus. Sedangkan dari 1.118.849 kasus terkait perjudian daring, sebagian besar ditemukan di situs dan alamat IP (1.017.274 kasus), diikuti oleh Meta (Facebook/Instagram) dengan 46.207 kasus.Sebagai langkah tindak lanjut, Kementerian Komdigi berencana memperkuat sistem pemantauan berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk mempercepat deteksi konten negatif. Mereka juga meningkatkan kerja sama dengan platform digital global guna mempercepat penindakan.Kementerian Komdigi mengajak masyarakat terus berperan aktif dalam melaporkan konten negatif melalui aduankonten.id untuk menciptakan ruang digital yang lebih sehat dan aman.

Pengumuman Pemadaman Layanan Waktu: Rabu, 19 Maret 2025 pukul 00:00 hingga 01:30 Karena pemeliharaan peralatan, layanan situs web mungkin tidak stabil selama periode ini. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini dan menghargai pengertian Anda

Ini Cara Sederhana untuk Hindarkan Anak dari Pneumonia

Prof. Hartono Gunardi, Ketua Divisi Tumbuh Kembang Pediatri Sosial Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo, menyampaikan beberapa langkah sederhana untuk mencegah anak terkena pneumonia. Menurutnya, menjaga kebersihan kamar sangat penting untuk mencegah penyakit tersebut."Langkah yang paling sederhana dan mudah dilakukan adalah memperbaiki kebersihan kamar," ujar Prof. Hartono, dikutip Ahad (9/3/2025).Menjaga kebersihan kamar dapat mengurangi paparan debu yang berbahaya bagi kesehatan anak. "Misalnya, ada orang tua yang senang menyimpan tumpukan majalah atau buku di kamar anak yang memiliki alergi. Debu rumah dan kuman pneumonia sering kali bersarang di tempat seperti itu," jelasnya.Selain debu pada barang-barang yang menumpuk, Prof. Hartono juga menyoroti keberadaan tungau di kamar yang tidak terjaga kebersihannya. Tungau biasanya bersarang di bantal, kasur, dan boneka berbulu yang dapat memicu reaksi alergi pada anak dan memperburuk pneumonia."Tungau debu rumah adalah salah satu penyebab alergi pada anak. Kita harus rutin menjemur benda-benda tersebut, karena tungau bertelur setiap tiga minggu. Jadi, sebaiknya bersihkan setiap dua minggu agar siklusnya dapat diputus," tambah Prof. Hartono.Langkah lain yang disarankan untuk menjaga kesehatan anak adalah dengan menggunakan filtrasi udara di dalam rumah dan menghindarkan anak dari area dengan polusi udara tinggi.Selain itu, pemberian vaksin Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) sesuai rekomendasi dokter juga penting untuk melindungi anak dari bakteri penyebab pneumonia."Setelah lahir, bayi belum memiliki antibodi yang cukup. Jika pun ada, antibodi tersebut akan hilang dalam beberapa bulan. Oleh karena itu, pemberian vaksin sangat penting," ujar Prof. Hartono.Tungau debu rumah adalah penyebab alergi pada anak."Imunisasi memberikan kekebalan sebelum anak terpapar kuman-kuman berbahaya, dan imunisasi ini merupakan hak anak," tegasnya.Pneumonia, atau yang dikenal dengan paru-paru basah, adalah kondisi peradangan pada jaringan paru-paru yang menyebabkan alveolus atau kantong udara terisi oleh cairan sehingga paru-paru tidak dapat berfungsi dengan baik.Pneumonia umumnya disebabkan oleh virus atau bakteri. Meskipun tubuh memiliki sistem pertahanan untuk melawan kuman tersebut, terkadang kuman dapat mengalahkan sistem kekebalan tubuh.