Hipertensi pulmonal memang jarang terjadi, tetapi bisa menjadi komplikasi mematikan bagi pasien dengan penyakit autoimun. Dr. Huang Wen-Nnan dari Rumah Sakit Umum Veteran Taichung menjelaskan bahwa hipertensi pulmonal adalah kondisi tekanan darah tinggi di arteri paru-paru, yang membebani jantung dan menyebabkan gejala kekurangan oksigen seperti sesak napas dan kelelahan.

Kelompok berisiko tinggi termasuk penderita penyakit jaringan ikat seperti lupus, skleroderma, dan rheumatoid arthritis, dengan risiko komplikasi sekunder mencapai 5&ndash10%. Namun, karena gejala awalnya tidak jelas, sebagian besar pasien baru terdiagnosis saat kondisinya sudah parah, sehingga hasil pengobatan dan prognosis menjadi lebih buruk.Penyakit autoimun yang umum termasuk lupus, artritis reumatoid, dan spondilitis ankilosa. (Gambar/sumber: Heho Health)

Dr. Lai Chih-hung dari rumah sakit yang sama mengingatkan bahwa 5 gejala utama hipertensi pulmonal adalah sesak napas, batuk, batuk berdarah, pembengkakan, dan pusing. Di antara gejala tersebut, sesak napas paling mudah dikenali. Jika kecepatan berjalan Anda lebih lambat dari lampu hijau penyeberangan (0,8 meter per detik), sebaiknya mulai waspada.

Saat ini tersedia alat skrining online &ldquoPK Si Hijau&rdquo, yang memungkinkan masyarakat menilai risiko hipertensi pulmonal secara mandiri di rumah. Dokter menyarankan kelompok berisiko tinggi untuk menjalani tes darah tahunan guna memantau indikator jantung dan melakukan USG jantung secara rutin. Jika tekanan paru meningkat, maka pemeriksaan kateterisasi jantung perlu dilakukan.Dengan situs tes online "PK Si Hijau", pasien hanya perlu berjalan di rumah selama 3 menit untuk mengetahui apakah mereka berisiko terkena hipertensi pulmonal. (Gambar/sumber: Heho Health)

Hipertensi pulmonal tidak dapat disembuhkan total, tetapi jika dideteksi dini dan ditangani dengan baik, perkembangan penyakit dapat diperlambat, kualitas hidup ditingkatkan, dan risiko komplikasi berkurang.