Melewatkan sarapan kerap dianggap sepele, tetapi dapat berdampak besar pada kesehatan, terutama dalam upaya menurunkan berat badan. Menurut ahli diet Trista Best, sarapan berfungsi memutus puasa malam sebelumnya dan menjadi sumber energi awal. Melewatkannya dapat memicu peningkatan hormon lapar ghrelin, sehingga menyebabkan konsumsi kalori berlebihan di kemudian hari. Selain itu, tubuh cenderung memilih makanan tinggi lemak, manis, atau ultraprocessed.
Ahli gizi Shyamala Vishnumohan menambahkan, manajemen berat badan lebih dipengaruhi oleh keseimbangan pola makan secara keseluruhan ketimbang sekadar melewatkan sarapan. Sarapan juga menyediakan nutrisi penting, termasuk serat untuk mendukung kesehatan pencernaan.
Namun, dalam beberapa kasus, melewatkan sarapan dapat bermanfaat sebagai bagian dari puasa intermiten. Menurut ahli endokrin Neha Lalani, puasa minimal 12 jam antara makan terakhir dan pertama dapat meningkatkan pembakaran lemak, sensitivitas insulin, serta memperbaiki metabolisme dan peradangan. Meski begitu, hidrasi, kualitas nutrisi, dan pemilihan makanan tetap harus diperhatikan.
Infografis Diet untuk Jantung Sehat - (republika.co.id)
Selain itu, melewatkan sarapan bisa menurunkan performa olahraga pagi dan menyebabkan kelelahan, brain fog, serta mudah marah, terutama bagi penderita diabetes atau gangguan metabolik. Oleh karena itu, konsultasi dengan profesional kesehatan disarankan sebelum memutuskan untuk rutin melewatkan sarapan.