:::

Vivi : Saya Diajarin Main Mahjong Sama Kakek Yang Saya Jaga, Bahkan Saat Mau Pulang ke Indonesia Juga Dikasih Satu Set Mahjong

Vivi : Saya Diajarin Main Mahjong Sama Kakek Yang Saya Jaga, Bahkan Saat Mau Pulang ke Indonesia Juga Dikasih Satu Set Mahjong
Berita Global untuk Penduduk Baru】Editor/王月兒 Sendy Wang

Vivi merupakan siswa One-Forty sejak saat pertama kali didirikan. Dia memiliki kepribadian yang baik hati dan seperti ibu bagi semua orang di kelas. Setiap dia pergi ke kelas, dia selalu membawa sedikit makanan dari rumahnya untuk dibagikan kepada teman-teman lain.

Saat mengikuti kelas kewirausahaan, mereka disuruh menggambar diagram lingkaran pengeluaran bulanan. Kemudian dia berteriak dan bilang : "Aduh, kenapa saya menghabiskan begitu banyak uang untuk membeli pakaian!"

Semua orang tahu bahwa Vivi suka membeli pakaian, dan dia ingin membuka toko pakaian ketika dia kembali ke Indonesia.

Sudah lebih dari dua tahun Vivi kembali ke Indonesia, dan dia selalu menantikan One-Forty mengunjunginya. Setelah melakukan beberapa survey di bulan Mei ini, akhirnya One-Forty menepati janji mereka dan pergi ke Lampung untuk mengunjungi Vivi.

Vivi merupakan orang Lampung yang sekarang berusia 37 tahun. Dia memiliki seorang suami, seorang anak laki-laki yang berusia 17 tahun, dan seorang anak perempuan yang berusia 3 tahun.

Setelah lulus SMA di usia 18 tahun, dia bekerja di sebuah pabrik di Jakarta, saat itu gajinya kurang dari NT$1.000. Ketika dia berusia 24 tahun, dia mulai bekerja di Taiwan karena ingin memiliki rumah sendiri, membeli sebidang tanah, dan membiarkan anaknya belajar lebih banyak. Gaji di Indonesia terlalu rendah, dan lebih cepat menghasilkan uang di Taiwan.

Kemudian, dia bekerja di Distrik Wenshan, Kota Taipei selama sembilan tahun, merawat seorang nenek dan kakek yang terkena stroke. Kakek dan Nenek yang dirawatnya memiliki hubungan yang sangat baik dengan anak-anaknya. Dia telah merawat nenek saya selama lebih dari tujuh tahun. Ketika nenek meninggal dunia, dia sangat sedih karena nenek memperlakukannya dengan baik dan sangat perhatian.

Kebaikan dan Ketulusan Keluarga Majikan Terhadap Vivi

Kakek sangat suka bermain mahjong, dia bermain setiap hari dan seminggu hanya libur sekali. Kadang-kadang Vivi ikut bermain dengannya. Kakek itu pun mengajari Vivi cara bermain mahjong. Apabila Vivi menang, sang kakek akan memberinya NT$ 500. Ketika Vivi kembali ke Indonesia, sang kakek memberinya satu set mahjong. Bermain mahjong ini hanya untuk bersenang-senang, tidak harus bermain demi uang.

Waktu paling menyenangkan di Taiwan adalah Tahun Baru Imlek, karena bisa mendapatkan banyak angpao. Setiap kali Vivi ulang tahun atau acara besar di rumah, dia juga akan menerima angpao dari sang kakek dan keluarganya. Setiap kali teman Indonesianya datang untuk bermain di rumah, sang kakek juga akan memberi angpao kepada mereka, paling sedikit NT$ 600, atau NT$ 1.000. Jika teman baik Vivi datang, sang kakek akan memberikan angpao lebih besar lagi, sebesar NT$ 2.000.

Kakek dan keluarga majikan sangat baik dan tulus pada Vivi. Sekarang di rumah Vivi bahkan masih ada foto-foto dengan kakek yang dia jaga dan keluarga majikannya.

Pernah suatu hari, saat Vivi mau pergi mengikuti kelas wirausaha di One-Forty, keluarga kakek datang untuk makan di rumah, dan dia juga sudah menyiapkan hidangan makan siang, kemudian makan bersama sebelum pergi mengikuti kelas.

Vivi awalnya berencana untuk kembali ke Indonesia setelah berakhirnya kontrak tahun kesembilan, tetapi karena ibunya meninggal mendadak, dia pulang sebulan lebih awal ke Indonesia.

Artikel Lainnya : Kisah Perjalanan Zeng Yu-Feng Konsultan Karir Generasi Kedua Imigran Baru Asal Indonesia

Memiliki Suami Seperti Ini Merupakan Suatu Kebahagiaan Bagi Vivi

Hal yang paling menyedihkan baginya adalah saat kepergian Ibunya, dia tidak sedang berada di rumah. Saat itu dia masih berada di Taiwan, ketika dia mengetahui bahwa ibunya telah meninggal dunia, dia tidak memiliki selera makan dan minum selama 3 hari. Akhirnya dia kembali ke Indonesia dan merasa sangat sedih. Dia bertanya kepada suaminya, "Apakah ibu saya sudah pergi?" Dia sangat ingin bertemu ibunya, tetapi ibunya telah tiada. Suaminya pun menghibur saya dan berkata, ini semua pengaturan Tuhan.

Vivi dan suaminya merupakan teman sekelas saat di sekolah dasar, sepertinya mereka saling menyukai ketika mereka masih di sekolah menengah pertama. Mereka menikah ketika berusia 19 tahun. Di Indonesia, apabila sudah saling kenal lama dengan pasangan dan sudah saling dekat, tidak perlu pacaran terlalu lama dan langsung saja menikah. Saat Vivi masih di Taiwan, suaminya suka minum alkohol sampai mabuk karena saking merindukan Vivi. Tetapi suaminya tidak mencari wanita lain. Vivi berkata, banyak wanita yang mengejar suaminya, tetapi suaminya tidak mau. Vivi mengaku bahwa memiliki suami seperti suaminya merupakan suatu kebahagiaan baginya.

Artikel Lainnya : Culture Chat Room – Jadi Bos Diri Sendiri, Imigran Baru Asal Vietnam Berani Start-Up!

Vivi Sama Sekali Tidak Menyesal Pergi ke Taiwan

Sekarang, Vivi memiliki toko pakaian sendiri yang merupakan impiannya sejak dia di Taiwan. Dia mengikuti kelas One-Forty karena ajakan temannya. Di One-Forty bisa belajar mengenai cara berwirausaha. Awalnya dia tidak mengenal hal yang berkaitan dengan bank, dan sekarang sudah memahaminya. Dia juga meminjam uang dari bank untuk memulai usaha pakaiannya, tapi sekarang sudah dibayar lunas. Mengikuti kelas wirausaha di One-Forty membuatnya paham mengenai cara berbisnis. Kemudian, dia juga berkata sangat senang mengikuti kelas One-Forty, semua orang sangat baik dan mau saling membantu, juga membuatnya kenal banyak orang.

Vivi berkata dia sama sekali tidak menyesal pergi ke Taiwan. Karena bekerja di Taiwan, dia menjadi lebih dewasa, lebih sabar, dan paham untuk tidak berbicara sembarangan. Dengan bekerja di Taiwan juga membuatnya bisa membeli tanah dan rumah. Dia berkata dia sangat merindukan Taiwan, sangat merindukan steak ayam Jī pái Taiwan.

Artikel Lainnya : Seorang Imigran Baru Asal Vietnam, Nguyen Thi Hung Bercerita Mengenai Kisah Pernikahan Antar Negara

Mari Bersama-sama Mendukung Pendidikan Pekerja Migran, Agar Pekerja Migran Memiliki Perjalanan Hidup Lintas Negara Yang Lebih Seru dan Bermakna!

Sejak One-Forty didirikan pada tahun 2015, telah berkomitmen untuk membina para pekerja migran yang berasal dari Asia Tenggara, agar mereka dapat mengakumulasi diri melalui pendidikan dan pembelajaran, serta memiliki kemampuan untuk mandiri secara finansial setelah kembali ke kampung halaman mereka. One-Forty mengadakan sekolah kehidupan untuk pekerja migran dan membantu lebih dari 1.000 pekerja migran menerima pelatihan jangka panjang, termasuk kelas bahasa Mandarin, kelas komputer, dan kelas wirausaha.

Setiap tahun, mengirimkan 1.000 paket pembelajaran bahasa Mandarin eksklusif ke berbagai kabupaten, kota, desa terpencil, dan pulau terluar di Taiwan. Hal ini bertujuan agar pekerja migran dapat memperoleh buku teks fisik gratis dan sumber belajar online untuk belajar bahasa Mandarin, lebih mengenal Taiwan, menciptakan komunikasi yang baik dengan majikan, dan merasakan kehangatan orang Taiwan. “Perubahan, bukan hanya dilakukan oleh satu orang, tetapi setiap orang juga harus melakukannya sedikit demi sedikit”, dengan ini dapat meciptakan perubahan bersama dengan kami, menciptakan masyarakat yang lebih substantif dan ramah. Ayo berikan donasi sekarang!

Respon Pertama

Berita Populer

回到頁首icon
Loading