img
:::

Bagai buah simalakama, oleh-oleh bisa mendekatkan atau merenggangkan hubungan antara satu orang dengan yang lain hanya karena tidak dibawa..

Menurut Prof. Dr. Agus Aris Munandar yang merupakan dosen Arkeologi di Universitas Indonesia, permintaan untuk membawa oleh-oleh biasanya terlontar secara tidak sadar. Walau sebenarnya tidak boleh menjadi kebiasaan, oleh-oleh memang kerap diasosiasikan dengan jalan-jalan. Kalau melakukan perjalanan berarti ada oleh-oleh, sehingga jadi tradisi.

Sosiolog Triyono Lukmantoro yang juga bekerja sebagai pengajar di Universitas Diponegoro, Semarang, juga mengungkapkan hal yang sama. Karena sudah dilakukan secara terus-menerus, akhirnya meminta oleh-oleh menjadi suatu kebiasaan. Oleh-oleh yang awalnya diberikan secara sukarela kini malah sebaliknya.

Teman, kerabat, atau tetangga terkadang tidak segan untuk meminta oleh-oleh, karena mungkin saja memiliki pemahaman bahwa jika tidak meminta, maka tidak akan diberi.

Kebiasaan yang dijalankan secara terus menerus itu kemudian berkembang jadi sejenis ritual sosial, dan menjadikan aktivitas memberi oleh-oleh sebagai kewajiban, terutama bagi orang yang dianggap mampu secara finansial atau lebih tinggi dari segi status sosial. Tidak membawa oleh-oleh bisa dikenakan sanksi sosial seperti cemooh atau rasa sungkan yang muncul dari diri sendiri.

“Ini adalah juga salah satu cara mengakrabkan diri, antara tetangga atau teman. Untuk menunjukkan kedekatan sosial. Kalau kita minta oleh-oleh pada orang lain, kita kan tidak sembarangan,” demikian katanya, dikutip dari Kumparan.com.

Bagaimana cara terbaik menyikapi permintaan dibawakan oleh-oleh jika sedang traveling? Penulis Indonesia yang kini telah menetap di Arizona, Amerika Serikat, Uly Siregar mengungkapkan bahwa kamu tak perlu terlalu ambil pusing dengan permintaan orang lain. Sebab terkadang permintaan tersebut bisa saja hanya sekadar lontaran tanpa makna atau basa-basi belaka.

Membawa oleh-oleh atau tidak sepulang traveling sebenarnya merupakan keputusan pribadi. Apapun pilihanmu sebenarnya tidak menjadi masalah, asalkan kamu tahu dengan pasti risiko atau konsekuensinya.

Sumber: Kumparan

Ilustrasi oleh-oleh kerajinan dari kayu di Taiwan (sumber: I-Wood Village)

Berita Populer

回到頁首icon
Loading