img
:::

Wu Zhennan, Senior Awak Media Internasional yang Menganalisis Budaya Etnis Taiwan yang Beragam

Wu Zhennan, Senior Awak Media Internasional yang Menganalisis Budaya Etnis Taiwan yang Beragam
Berita Global untuk Penduduk Baru】Penerjemah / Colin Kristianti

Wu Zhennan (吳振南)

  • Jurnalis internasional Oriental Daily News Malaysia, Kolumnis Malaysia Kini
  • Editor dan Penulis Utama Promethean Fire Review, Kolumnis The News Lens
  • Pengajar di New Era University College yang mengajarkan pelajaran logika
  • Redaktur Buku Pelajaran Bahasa Melayu Kementerian Pendidikan
  • Pengajar Bahasa Asia Tenggara untuk Kelas Kualifikasi dan Kelas Lanjutan
  • Host Acara “Mudah Belajar Bahasa Melayu (輕鬆來學馬來語)” dan Co-host di Acara “Rumah Kebahagiaan (幸福聯合國)” di Radio Pendidikan Nasional (教育廣播電台)
  • Guru Bahasa Melayu Kota New Taipei
  • Ketua Grup dari Southern Style Hand Drum (Grup Gendang Tangan Malaysia Pertama di Taiwan)

Wu Zhen-nan, pembawa acara khusus Radio Pendidikan Nasional yang berasal dari masyarakat beragam etnis di Malaysia, adalah seorang senior awak media internasional dan komentator politik. Akan tetapi, sekarang ia lebih berkomitmen untuk mempromosikan pendidikan bahasa penduduk baru dan keragaman budaya.

Taiwan telah menjadi pulau beragam etnis selama ratusan tahun. Migrasi muncul dalam konteks sosial yang berbeda. Di era modernisasi, imigrasi bukanlah hal baru, melainkan fakta yang sudah ada sejak lama. Sejumlah besar penduduk baru yang tiba secara bertahap telah mengubah struktur populasi Taiwan. Populasi penduduk baru telah menjadi kelompok etnis terbesar ke-5 dan telah menjadi bagian integral dari Taiwan.

Pada tahun 1993, setelah lulus dari sekolah menengah atas, Wu Zhen-nan pergi ke Taiwan untuk melanjutkan studi di universitas dan tinggal di Taiwan selama sekitar 8 hingga 9 tahun. Wu Zhen-nan mengatakan, pada awal tahun 90-an, masyarakat Taiwan di era pemusnahan, nilai-nilai politik dan sosial mengalami banyak perubahan, namun penampilan masyarakat secara keseluruhan masih cukup sederhana. Yang didengar dan dilihat sebagian besar adalah sistem bahasa Tionghoa (Bahasa Mandarin, Bahasa Taiyi, Bahasa Hakka). Saat itu, tingkat keramahan terhadap orang asing di Taiwan juga belum begitu sempurna, oleh karena itu, jumlah orang asing yang bekerja, menetap atau belajar di Taiwan relatif sedikit.

Pada tahun 2006, merupakan kedua kalinya kembali ke Taiwan. Setelah menikah, Wu Zhen-nan dan istrinya memutuskan untuk kembali dan menetap di Taiwan. Kali ini, ia melihat bahwa masyarakat Taiwan banyak berubah. Di jalan dapat bertemu banyak orang asing, seperti orang India, orang berkulit putih dan lain-lain. Kelompok etnis dari berbagai negara telah meningkat secara signifikan, semakin banyak restoran internasional, dan gaya hidup menggabungkan lebih banyak elemen internasional. Keseluruhan masyarakat sosial berubah lebih beragam dan kompleks.

Sikap masyarakat Taiwan terhadap keragaman budaya juga lebih tinggi. Sekarang, sertifikasi Halal juga bisa dilihat, belajar menghormati Muslim di Taiwan, dan merangkul keragaman budaya dengan perspektif yang lebih internasional.

Faktanya, masyarakat Taiwan telah berusaha sangat keras untuk belajar menghargai keragaman budaya selama beberapa tahun terakhir, seperti memisahkan dua elemen identitas budaya dan identitas nasional, sehingga banyak penduduk baru dapat dengan mudah berintegrasi ke dalam kehidupan di Taiwan.

Wu Zhen-nan mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, kebijakan dan layanan Taiwan untuk orang asing (penduduk baru) telah mengalami perubahan besar dan menjadi lebih ramah. Seperti contoh mengajukan visa izin tinggal. Setelah beberapa tahun mengamandemen permohonan visa izin tinggal bagi penduduk baru, pemerintah Taiwan telah menyesuaikannya agar lebih ramah. Selain itu, syarat pengajuan kewarganegaraan dan kartu kependudukan tetap semakin sejalan dengan aspirasi masyarakat. Manfaat dan kebijakan yang dinikmati penduduk baru semakin lengkap.

Seperti contoh keluarga Wu Zhen-nan, meskipun ia telah menikah dengan istri Taiwan selama bertahun-tahun, ia juga berpikir untuk membantu istrinya mengajukan permohonan kependudukan di Malaysia, akan tetapi ia menghadapi banyak kesulitan. Sebaliknya, aplikasi untuk residensi di Taiwan sebenarnya jauh lebih mudah dan ramah. Oleh karena itu, Wu Zhen-nan dan istrinya memutuskan untuk kembali dan menetap di Taiwan, mengajar anak-anak mereka secara penuh dan menulis kolom untuk majalah, surat kabar harian Malaysia, dan media. Setelah itu, ia memiliki kesempatan untuk membantu mengedit kurikulum penduduk baru untuk Departemen Pendidikan Kota New Taipei, dan secara bertahap jatuh cinta dengan pekerjaannya dalam pendidikan bahasa penduduk baru.

Agar anak-anaknya yang tumbuh besar di Taiwan memiliki kesempatan untuk belajar tentang keragaman budaya, Wu Zhen-nan mendorong putrinya untuk belajar bahasa ibunya. Dari perannya sebagai orang tua, ia berpartisipasi dalam proses pendidikan bahasa ibu untuk penduduk baru. Ia tidak hanya membantu Departemen Pendidikan Kota New Taipei mengedit Buku Pelajaran Bahasa Penduduk Baru sesuai kurikulum tahun 2019, tetapi ia juga bersama dengan putrinya menjadi pembawa acara “Mudah Belajar Bahasa Melayu” di Stasiun Radio Pendidikan Nasional.

Wu Zhen-nan bersama dengan teman lainnya dari Malaysia seperti Zhang Jun-hao (張俊浩), Huang Bao-yun (黃寶雲), Liu Yun-yun (劉蕓蕓) dan Yang Wei-guang (楊偉光) mendirikan Grup Gendang Tangan Tempo (Southern Style Hand Drum) melalui “Program Proyek Pembangunan Mimpi untuk Penduduk Baru dan Anak-anaknya (新住民及其子女築夢計畫)” dari Departemen Imigrasi (移民署). Dengan melakukan berbagai kegiatan, kelompok ini ingin memperkenalkan alat musik tradisional Malaysia kepada masyarakat Taiwan, dan menyebarkan budaya Malaysia.

Wu Zhen-nan percaya bahwa instrumen perkusi adalah sumber musik. Ini adalah jenis musik yang melampaui batasan bahasa dan kelompok etnis, dan juga merupakan cara terbaik untuk berkomunikasi dengan banyak budaya. Wu Zhen-nan dan anggota timnya yang mengajar bahasa Melayu akan memperkenalkan Gendang Tangan ke dalam kurikulum Bahasa Melayu, kemudian perlahan-lahan berkembang ke daerah lain.

Menurut statistik Kementerian Dalam Negeri (內政部) pada November 2019, populasi penduduk baru yang memperoleh kewarganegaraan dan kartu kependudukan berjumlah lebih dari 650.000 orang. Ada juga hampir 770.000 pekerja migran asing dan pekerja profesional asing di Taiwan. Ditambah 1 dari setiap 8 bayi yang lahir setiap tahunnya adalah anak penduduk baru. Populasi penduduk baru telah melampaui kelompok etnis minoritas Taiwan dan menjadi kelompok etnis terbesar kelima di Taiwan.

Karena penduduk baru (warga asing) tidak lagi menjadi minoritas dalam masyarakat Taiwan, bagaimana seharusnya Taiwan menerima masyarakat dengan beragam budaya dan apakah Taiwan mau hidup berdampingan dengan keragaman budaya adalah topik atau isu yang layak untuk direnungkan.

Berita Populer

回到頁首icon
Loading