Provinsi Riau kini kembali menjadi perhatian. Tak lama setelah asap hilang, kini warganya berhadapan dengan kepungan banjir. Pada September 2019, Riau terkepung asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kebakaran, kebakaran hutan di Riau pada 2019 ini mencapai 76.267 hektare. Angka tersebut dua kali lebih besar jika dibandingkan luas kebakaran hutan pada 2018 yang mencapai 37.236 hektare. Saat terjadi kebakaran hutan, Riau telah menetapkan status siaga darurat kebakaran sejak 19 Februari 2019 hingga 31 Oktober 2019. Artinya, kebakaran hutan di Riau sudah dimulai tak lama setelah musim hujan berlalu. Kualitas udara yang tidak sehat mengakibatkan banyak warga Riau terserang penyakit pernafasan. Pada September lalu, BNPB mencatat ada 275.793 orang menderita penyakit ISPA.
Gubernur Riau Syamsuar, yang baru dilantik pada Februari 2019, juga tak luput dari sorotan publik. Kala itu, dia justru bertolak ke Thailand di tengah kebakaran hutan yang melanda wilayahnya.
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo turut berkomentar. dia mengatakan, aalih-alih meninggalkan Riau, seharusnya Syamsuar berempati atas penderitaan rakyatnya. "Harusnya dia punya empati, sensitivitaslah. Masyarakat lagi menderita, ya ditunda kalau hanya sedekar lihat pameran," ujar Tjahjo.
Kini, derita warga pun masih berlanjut. Tercatat ada lima kabupaten di Riau yang terendam banjir. Kelima kabupaten itu adalah Kampar, Rokan Hulu, Kuantan Singingi, Rokan Hilir, dan Pelalawan. Akibatnya, ribuan rumah warga, sekolah, rumah ibadah, kantor pemerintahan, hingga perkebunan terendam terendam banjir. Seorang bocah berusia enam tahun dilaporkan meninggal dunia karena tenggelam di Dusun Pelanduk, Kelurahan Kota Lama, Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu.
Korban tenggelam akibat terpeleset ketika bermain air banjir luapan sungai dan terbawa arus. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau Edward Sanger mengatakan, banjir tersebut karena luapan beberapa aliran sungai. "Salah satunya di Kabupaten Kampar, yakni aliran Sungai Kampar meluap setelah dibukanya lima pintu waduk PLTA Koto Panjang," kata Edward. Potensi banjir masih akan terus mengancam wilayah itu, mengingat luapan air Sungai Kampar Kanan masih bertambah tinggi.
Dikutip:Kompas