img
:::

Mengapa Melihat Foto Makanan Memicu Lapar? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Memasarkan makanan memanfaatkan hormon ghrelin. Dengan menyuguhkan foto yang nampak lezat, hormon ghrelin semua orang pun akan keluar.(Unsplash/Brooke Lark)
Memasarkan makanan memanfaatkan hormon ghrelin. Dengan menyuguhkan foto yang nampak lezat, hormon ghrelin semua orang pun akan keluar.(Unsplash/Brooke Lark)

Dikutip dari berita Kompas.com - Hal yang wajar jika ada makanan terhidang di depan mata dan air liur keluar membangkitkan selera makan. Penampakan wujud makanan, yang juga disertai aroma sedap dari sajian yang ada, adalah yang bisa memicu selera makan muncul. Namun bagaimana dengan perwujudan dua dimensi dari makanan? Seperti foto atau video misalnya. Mengapa foto makanan tetap bisa membangkitkan selera makan atau memicu rasa lapar? Ada penjelasan ilmiah yang menjawab semua ini, mengapa foto makanan di berbagai platform media sosial atau di majalah bisa memicu rasa lapar.

Baca juga: Kelilingi Taiwan dengan Sepeda Motor, Li Zong Wei Ajak Sesama Anak-anak Penduduk Baru untuk Terus Berkarya dan Wujudkan Impian

Foto bisa menipu otak Michael Graziano, ahli ilmu saraf dari Princeton, mengatakan bahwa yang "menipu" kita dalam hal ini adalah otak.

Secara sadar mungkin kita tahu bahwa foto makanan tersebut adalah objek yang tidak bisa kita makan. Namun tidak begitu dengan otak. Presentasi makanan di dalam foto yang dilihat mata, akan diterjemahkan oleh otak sebagai presentasi makanan sungguhan.

Melihat foto makanan bisa memicu air liur dan membuat kita lapar. (Unsplash/Suganth Lotpe)

Melihat foto makanan bisa memicu air liur dan membuat kita lapar. (Unsplash/Suganth Lotpe)

Melansir Pop Science, foto akan memicu sinyal saraf yang sama di dalam otak, seperti sinyal ketika kita melihat suguhan makanan sungguhan dalam bentuk nyata. Amigdala, bagian otak yang memproses emosi dan bekerja merekam berbagai jenis sajian yang kita sukai, akan menganggap foto makanan sebagai objek yang layak mendapatkan antusias yang sama layaknya objek makanan nyata. Dan hipotalamus, bagian otak yang mengontrol banyak fungsi tubuh termasuk mengatur rasa lapar, akan melepaskan peptide, bagian hormon yang memancing rasa lapar.

Baca juga: Penduduk Baru Malaysia Datang ke Taiwan dan Mempromosikan "Kue Tradisional" Serta Berbagi Kisah Berbisnis

Memanfaatkan ghrelin demi memasarkan produk

Penjelasan lain juga ditulis oleh Escoffier School of Culinary Art. Ketika kita melihat foto makanan, maka sensasi visual ini akan ditangkap oleh otak. Dan otak akan memberikan sinyal kepada saluran cerna. Saluran cerna sendiri tak peduli apakah sinyal itu dari makanan dua dimensi atau makanan nyata. Saluran cerna akan langsung mengeluarkan ghrelin, yaitu hormon yang melahirkan selera makan atau lebih dikenal dengan hormon yang melahirkan rasa lapar.

Foto makanan dua dimensi bisa menimbulkan selera makan dan membuat kita kelaparan.(Unsplash/Jenna Day)

Foto makanan dua dimensi bisa menimbulkan selera makan dan membuat kita kelaparan.(Unsplash/Jenna Day)

Adanya hormon ghrelin inilah yang akhirnya dimanfaatkan oleh pekerja pemasaran atau marketing. Mereka menata hidangan sedemikian rupa, mengunggahnya di media sosial, dan berharap semua yang melihat akan mengeluarkan hormon ghrelin sehingga berkeinginan membeli produk yang mereka lihat. Dan teknik ini memang berhasil. Terbukti dengan mengunggah foto sajian yang terlihat sedap, sebuah akun di media sosial bisa dibanjiri follower hingga ribuan. Jadi untuk menghindari ghrelin keluar di saat-saat yang tak Anda inginkan, seperti tengah berpuasa misalnya, hindarilah berselancar di media sosial melihat foto-foto makanan yang menggiurkan.

Respon Pertama

Berita Populer

回到頁首icon
Loading