Semua orang tahu bahwa kendaraan bermotor (mobil) berkontribusi dalam pemanasan global. Selama proses pembuatan mobil, meskipun jumlah gas rumah kaca yang dikeluarkan oleh berbagai variasi jenis mobil, tetapi hasil emisi yang dikeluarkan sangat mengesankan. Beberapa perhitungan bahkan menunjukkan bahwa emisi manufaktur kendaraan dapat dibandingkan dengan emisi mobil selama siklus waktu penggunaannya.
Untuk mengurangi emisi karbon saat proses produksi, tim peneliti dari Polandia pun menggunakan tanaman yang tidak masuk dalam rantai makanan untuk diolah menjadi “bioplastik” yang ramah lingkungan. Dana penelitian sebesar 15 juta euro dari Uni Eropa pun diperoleh untuk memulai proyek Biomotive.
Wojciech Komala, Kepala Departemen Pengembangan menyatakan bahwa timnya menggunakan sumber daya biologis alam untuk mengurangi jejak karbon. Di saat yang sama, diharapkan hal ini juga dapat menjadi bahan pengembangan material pembuat mobil yang lebih ringan. Meskipun saat ini harganya masih mahal, namun tujuan utamanya adalah untuk membuat teknologi ini dapat digunakan dalam bidang komersil skala besar, dan berharap agar pabrik ekperimen kecil dapat dibangun di tahun 2020.
Faktanya, beberapa tahun belakangan ini, industri otomotif telah melakukan banyak hal untuk mengurangi jejak karbon. Dalam kurun waktu 10 tahun ini, produksi mobil Eropa meningkat lebih dari 40%, sementara emisi karbon yang ada berkurang hingga 24%. Meskipun demikian, masih ada banyak ruang yang patut untuk diperjuangkan.
Jika bioplastik diproduksi secara masal, bobot yang ringan dari sebuah mobil memungkinkannya untuk melepaskan lebih sedikit gas rumah kaca ketika dipakai untuk bepergian. Di masa lalu, pembuatan mobil telah menggunakan bahan aluminum ringan, tetapi aluminum membutuhkan energi yang tidak sedikit, bahkan intensif dalam masa ekskavasi hingga proses produksi, sekitar 1,8 hingga 3,7 kali lebih tinggi daripada besi. Dengan begitu, ketika mobil telah siap, maka kendaraan ini harus bepergian lebih lama daripada yang seharusnya, demi meratakan kesenjangan dengan emisi karbon yang dihasilkan.
Sama seperti kendaraan listrik yang dipandang ramah lingkungan, ketika membuat baterai lithium, jika menggunakan energi yang disuplai dari bahan bakar fosil, maka jejak karbon yang dihasilkan bahkan berjumlah 75% lebih besar daripada peralatan biasa.
Steve Evans, seorang profesor dari University of Cambridge's Institute for Manufacturing mengatakan jika industri manufaktur kendaraan ingin mengurangi dampaknya terhadap lingkungan, maka penting untuk mengurangi penggunaan energi yang ada. Beberapa ide yang ada juga harus inovatif, jika ingin mengganti mobil Anda, dalam hal bagian umum, membuat “perbaikan mobil dalam skala besar” mungkin dapat dipikirkan kembali.
Jika tim Profesor Komala sukses, cara inovatif mereka dapat membuat industri mobil yang tinggi akan emisi karbon memiliki tampilan baru yang lebih ramah lingkungan.