Kurang tidur selama ini banyak dikaitkan dengan memburuknya sistem metabolisme tubuh. Tapi sebuah penelitian terbaru juga mengungkap bahwa kurang tidur menjadi pintu keputusan yang impulsif, seperti seks bebas.
"Kurang tidur dapat meningkatkan potensi pengambilan risiko seksual atas kompromi pengambilan keputusan dan cenderung impulsif," kata ilmuwan sosial dan perilaku Wendy M. Troxel, penulis utama penelitian yang diterbitkan bulan ini dalam jurnal Health Psychology seperti dilansir dari laman NY Post.
Ia menjelaskan, remaja umumnya tidak mendapatkan delapan hingga 10 jam tidur seperti yang direkomendasikan setiap malam karena sejumlah alasan. Beberapa di antaranya seperti perubahan biologis dalam ritme sirkadian, jam masuk sekolah, sulitnya mengatur kegiatan sekolah serta kegiatan ekstrakurikuler.
Sebuah studi selama empat tahun terhadap 1.850 remaja di California Selatan, usia 16 hingga 19 menemukan bahwa hanya 26 persen tidur yang cukup di sebagian besar malam sekolah.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, peneliti menduga remaja yang mengganti waktu tidur di akhir pekan, mengambil risiko seksual lebih banyak daripada yang tidur dengan rutinitas yang konsisten.
Mereka menemukan remaja yang mendapat tidur paling sedikit, berpotensi dua kali lipat untuk berhubungan seks yang tidak aman, atau hubungan seks tanpa kondom atau di bawah pengaruh alkohol atau narkoba. Hal ini berbeda dibandingkan remaja yang rata-rata tidur ekstra 3,5 jam pada akhir pekan.
Selain peningkatan kemungkinan kehamilan yang tidak diinginkan, tidak cukup tidur diketahui memiliki dampak kesehatan yang serius, beberapa berakhir fatal.
Meski kurang tidur mungkin menyebabkan remaja melakukan hubungan seks berisiko, banyak orang dewasa Amerika justru malas berhubungan seks demi mendapatkan tidur yang nyenyak. Sementara itu, remaja melaporkan bahwa mereka kesulitan untuk mematikan ponsel mereka dalam semalam.
Sumber: Viva.co.id