Sakit kepala yang terus-menerus, waspadai adanya penggumpalan darah di otak
Trombosis vena serebral adalah kondisi di mana terbentuk gumpalan darah di sistem vena otak, yakni saluran yang mengalirkan darah kembali ke jantung. Menurut Dr. Hieu, ketika pembuluh ini tersumbat, darah tidak bisa keluar dari otak, menyebabkan penumpukan, peningkatan tekanan intrakranial, dan kerusakan jaringan otak. Ia mengibaratkan kondisi ini seperti bendungan yang alirannya tersumbat—air terus masuk tapi tidak bisa keluar, sehingga tekanan terus meningkat dan bisa menyebabkan keruntuhan struktur jika tidak ditangani segera. Meski hanya mencakup 0,5–1% dari kasus stroke, penyakit ini sering disalahartikan sebagai stroke biasa.Gejala trombosis vena otak berkembang secara perlahan dalam beberapa hari. Sakit kepala adalah gejala awal yang paling umum, bersifat menetap dan semakin parah di malam hari, serta tidak membaik dengan obat penghilang nyeri biasa. Gejala lain termasuk mual, muntah, penglihatan kabur, kejang, bahkan gangguan kesadaran. Kelompok risiko meliputi wanita hamil atau pascamelahirkan, pengguna pil KB jangka panjang, penderita penyakit autoimun seperti lupus, infeksi kepala atau leher (seperti sinusitis dan otitis media), kanker, kelainan pembekuan darah bawaan, serta pasien COVID-19.Sakit kepala adalah gejala paling awal dan paling menonjol dari trombosis vena otak.Diagnosis tidak mudah karena gejalanya tidak spesifik, sehingga diperlukan CT scan atau MRI dengan kontras. Jika didiagnosis lebih awal, penyakit ini dapat diobati secara efektif dengan antikoagulan. Pada kasus berat, tindakan intervensi seperti operasi diperlukan. Prognosis sangat bergantung pada kecepatan diagnosis—banyak pasien bisa pulih sepenuhnya, tetapi keterlambatan dapat menyebabkan cacat permanen atau bahkan kematian.