Kanker rahim atau kanker endometrium adalah pertumbuhan sel abnormal di lapisan dalam rahim. Penyakit ini sering tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, sehingga sering kali terdiagnosis pada stadium lanjut. Salah satu faktor risiko utama yang mendapat perhatian adalah **obesitas**.Obesitas, yang merupakan kondisi kelebihan berat badan signifikan, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko berbagai jenis kanker, termasuk kanker rahim. Dokter spesialis obstetri dan ginekologi dari RS Dr. Sardjito, **dr. Addin Trirahmanto**, menjelaskan bahwa obesitas adalah salah satu faktor risiko kanker rahim, selain gangguan menstruasi kronis, penggunaan tamoxifen, dan faktor genetik.Dalam siaran resmi Kementerian Kesehatan, dr. Addin menyebutkan bahwa kanker rahim menjadi salah satu jenis kanker yang banyak menyerang perempuan, terutama pascamenopause. Lemak berlebih dalam tubuh dapat meningkatkan kadar estrogen, yang memicu proses hiperplasi atau penebalan dinding rahim.Gejala yang sering ditemukan pada kanker rahim adalah perdarahan pascamenopause. Oleh karena itu, kontrol ke dokter sangat penting jika mengalami gejala ini. Diagnosis kanker rahim dilakukan melalui USG dan biopsi.Obesitas dikaitkan dengan peningkatan risiko berbagai jenis kanker, termasuk kanker rahim.Obesitas juga memengaruhi siklus menstruasi. Penurunan berat badan dan perubahan gaya hidup yang sehat dapat membantu mencegah risiko kanker rahim di masa depan. Selain itu, penggunaan obat tamoxifen untuk pengobatan kanker payudara juga dapat meningkatkan risiko hiperplasi endometrium jika rahim masih ada.Sayangnya, hingga kini belum ada metode deteksi dini untuk kanker rahim seperti pada kanker serviks. Oleh karena itu, edukasi dan pencegahan melalui pola hidup sehat menjadi langkah penting dalam mengurangi risiko kanker rahim di masyarakat.
Setelah penantian panjang selama 18 tahun, Nirina Zubir akhirnya kembali membawa pulang Piala Citra sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik dalam Festival Film Indonesia (FFI) 2024. Penghargaan ini diraih berkat perannya yang memukau di film *Jatuh Cinta Seperti di Film-Film*. Sebelumnya, Nirina meraih Piala Citra pertamanya pada tahun 2006 melalui film *My Heart* yang juga sangat populer kala itu.“Setelah 18 tahun, akhirnya aku memegang ini lagi, alhamdulillah ya Allah. Ini semua berkat kolaborasi yang luar biasa,” ujar Nirina dalam pidato kemenangannya pada Rabu (21/11/2024) malam.Nirina mengungkapkan tantangan besar yang dihadapi dalam merealisasikan proyek *Jatuh Cinta Seperti di Film-Film*, terutama karena format hitam putih film tersebut. Film ini sempat ditolak oleh banyak pihak sebelum akhirnya mendapatkan dukungan dari investor yang percaya pada kualitas ceritanya, yakni Jagartha, Trinity Entertainment, dan Imajinari.“Kemenangan ini adalah bukti bahwa perjuangan tidak sia-sia. Terima kasih kepada semua yang percaya pada cerita kami meskipun formatnya tidak biasa,” kata Nirina sambil menangis haru.Selain Nirina, *Jatuh Cinta Seperti di Film-Film* juga memenangkan sejumlah penghargaan lainnya, termasuk Film Cerita Panjang Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik (Ringgo Agus Rahman), Penulis Skenario Terbaik (Yandy Laurens), Pemeran Pendukung Perempuan Terbaik (Sheila Dara), Pemeran Pendukung Pria Terbaik (Alex Abad), dan Penata Musik Terbaik (Donne Maula).Film ini menceritakan kisah seorang penulis skenario bernama Bagus yang kembali bertemu cinta lamanya, Hana, yang masih berduka atas kehilangan suaminya. Dengan format hitam putih, film ini berhasil menarik 651.074 penonton selama 64 hari penayangannya di bioskop.Nirina berharap kemenangan ini menjadi inspirasi bagi sineas Indonesia untuk terus berkarya dan mencoba genre baru yang berbeda. “Percayalah, film Indonesia bisa berkembang dan bervariasi. Jangan takut berimajinasi,” tutup Nirina.
Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa 41% masyarakat Indonesia yang menggunakan antibiotik oral mendapatkan obat tersebut tanpa resep dokter. Hal ini menjadi tantangan besar dalam pencegahan resistensi antimikroba (AMR), yang dapat berujung pada kematian akibat infeksi sulit diatasi.Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Lucia Rizka Andalusia, menyampaikan bahwa berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, 22,1% masyarakat menggunakan antibiotik oral. Dari jumlah tersebut, 41% mendapatkannya dari tempat tidak resmi, seperti warung, peredaran online, atau tempat lainnya yang tidak sesuai aturan distribusi antimikroba.Selain itu, 18 provinsi di Indonesia mencatat angka perolehan antibiotik tanpa resep di atas rata-rata nasional. Rizka menyoroti bahwa penggunaan antibiotik sembarangan selama pandemi, seperti azithromycin, turut memperburuk masalah AMR. Penggunaan antibiotik secara masif saat pandemi untuk menangani Covid-19, meski bertujuan menyelamatkan pasien, kini meninggalkan dampak resistensi antimikroba yang signifikan.Penggunaan antibiotik tanpa resep dapat menyebabkan resistensi antimikroba (AMR), yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian.AMR menjadi perhatian global, sebagaimana tercantum dalam target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Di tingkat nasional, Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Aksi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba 2020-2024 dan membangun sistem SATU SEHAT untuk mendata pembelian dan penggunaan antimikroba guna kontrol yang lebih efektif.Kemenkes juga memperketat regulasi terkait konsumsi dan distribusi antibiotik, serta pembatasan jenis antimikroba dalam Formularium Nasional. Selain itu, edukasi kepada tenaga kesehatan dan masyarakat mengenai bahaya penggunaan antimikroba sembarangan menjadi prioritas. Rizka menegaskan, kolaborasi antara berbagai pihak adalah kunci utama dalam menangani isu resistensi antimikroba.
Komisi Urusan Perantau Mendukung Tinggal di Taiwan! Pilihan Kerja yang Lebih Beragam untuk Mahasiswa Perantau
Ketika Teknologi Bertemu Iman! Pameran Seni Taiwan "Linked Hearts and Faith" Dibuka di Vatikan
Tumit Kering dan Pecah-Pecah di Musim Dingin? Ahli Mengajarkan Cara Merawat Kaki Agar Halus Seperti Baru!
Merekam Kehidupan Sehari-Hari Taiwan Melalui Film: Sorotan Kompetisi Film Pendek "eye Taiwan win Cross-Strait" Diumumkan