Ekonom: Rupiah Menguat Dipengaruhi Sentimen 'Risk-On' di Pasar Global
Kepala Ekonom PermataBank, Josua Pardede, menyampaikan bahwa nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS akibat meningkatnya sentimen risk-on di pasar keuangan global."Penguatan rupiah ini dipengaruhi oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed yang lebih agresif," ujar Josua pada Jumat (21/3/2025) di Jakarta.Ekspektasi tersebut muncul setelah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang memproyeksikan perlambatan ekonomi Amerika Serikat ke depan. Selain itu, pernyataan Gubernur The Fed, Jerome Powell, yang menilai inflasi tarif bersifat sementara juga turut mendorong sentimen risk-on lebih lanjut.Josua memperkirakan, pada hari ini rupiah akan diperdagangkan di kisaran Rp 16.450–Rp 16.575 per dolar AS.Meski rupiah menguat, perdagangan obligasi tercatat bervariasi. Imbal hasil obligasi acuan tenor 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun masing-masing berada pada tingkat 6,80 persen, 7,11 persen, 7,11 persen, dan 7,12 persen.Rupiah melemah 103 poin atau 0,63 persen menuju level Rp 16.531 per dolar AS pada penutupan perdagangan Rabu (19/3/2025). (ilustrasi)Volume perdagangan obligasi pemerintah pada Kamis (20/3/2025) tercatat sebesar Rp 22,36 triliun, lebih rendah dibandingkan volume perdagangan pada Rabu (19/3/2025) yang mencapai Rp 26,3 triliun.Pada pembukaan perdagangan Jumat pagi, nilai tukar rupiah menguat 4 poin atau 0,02 persen, menjadi Rp 16.481 per dolar AS, dari sebelumnya Rp 16.485 per dolar AS.