0129.jpg)
[Berita Global untuk Penduduk Baru] Di China Town di Jakarta, Indonesia, masyarakat setempat sibuk membeli produk tahun baru. Kuil Buddha menggantung banyak lampion merah menyala untuk menyambut orang-orang yang datang untuk membuat permintaan; di hotel-hotel besar, para tamu tidak hanya dapat menonton pertunjukan tarian naga dan barongsai, tetapi juga mencicipi makan malam Tahun Baru yang mewah seperti hot pot Cina, steak, dan ikan ; bandara, toko, dll. "Gong Xi Fa Cai" dapat dilihat di mana-mana di papan reklame dan jalan, dan plum merah serta bunga persik yang dipenuhi amplop merah menghiasi pusat perbelanjaan.
Bagi Tionghoa Indonesia, Tahun Baru Imlek berarti seluruh keluarga akan makan malam bersama di Malam Tahun Baru. Di malam hari, pergi ke aula dan kuil Buddha untuk beribadah. Pada hari pertama tahun baru Imlek, bakar dupa di atas tablet peringatan leluhur, tempatkan persembahan atau sembayang kubur. Kerabat dan teman saling mengunjungi atau menggunakan ponsel untuk memberi salam Tahun Baru. Komunitas atau organisasi Tionghoa besar akan memberikan subsidi kepada orang kurang mampu, dan Orang Tionghoa biasa juga akan memberi tetangga dan teman sejenis kue beras yang terbuat dari gula merah, beras ketan dan dibungkus dengan daun pisang dll.
Padahal, sebelum tahun 2002, Indonesia pernah melarang orang Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek dan Festival Lampion di depan umum. Baru setelah Abd. Wahid/presiden ke 4 menjabat, larangan tersebut dihapuskan secara terbuka pada tahun 2000. Pada tanggal 17 Februari 2002, Presiden Megawati mengumumkan Tahun Baru Imlek sebagai hari libur nasional di Indonesia untuk pertama kalinya pada perayaan setempat.
