Baru-baru ini, banyak iklan di media sosial yang mengklaim "hadiah buku gratis," dengan janji membagikan ribuan buku, sebagian besar berkaitan dengan keuangan, yang ditujukan kepada individu berpenghasilan rendah dan pensiunan. Namun, aktivitas semacam ini sebenarnya adalah penipuan. Setelah diperiksa, ditemukan bahwa iklan ini menggunakan nama selebriti atau penulis tanpa izin, untuk menarik publik memberikan informasi pribadi, yang kemudian digunakan untuk penipuan.
Para ahli memperingatkan bahwa taktik penipuan terus berkembang, sehingga masyarakat harus tetap waspada. Menurut statistik terkait, jumlah kasus penipuan terus meningkat, dengan sebagian besar korban adalah kalangan berpenghasilan rendah dan lansia yang kurang memahami keamanan digital. Ada pepatah yang mengatakan, "Yang gratis sering kali yang paling mahal," mengingatkan masyarakat untuk tidak mempercayai tautan yang tidak dikenal atau iklan yang tampaknya menguntungkan. Setelah memberikan informasi pribadi, Anda bisa menjadi sasaran penipuan lebih lanjut atau serangan phishing.
Dengan semakin beragamnya metode penipuan, masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan, melindungi keamanan informasi pribadi, dan selalu memperhatikan berbagai taktik penipuan yang baru.