Konsep inilah yang diterapkan oleh gabungan kelompok tani (gapoktan) Tunggal di Kampung Negeri Sungkai, Kecamatan Gunung Labuhan, Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung. Bahkan konsep 'bank urine' ini yang membuatnya masuk dalam Bursa Inovasi Desa atau menu inovasi nasional yang digarap Kementerian Desa, Pembangunan, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) alih-alih pembuatan POC dari urine kambing itu sendiri.
Ketua Gapoktan Tunggal Eko Basuki mengakui, pengembangan urine kambing menjadi POC sudah banyak dilakukan, khususnya oleh beberapa masyarakat di Lampung dan sudah tersedia di pasaran. Namun, konsep 'bank urine' ini yang membuat juri dari Universitas Lampung (Unila) terpikat saat dipresentasikan.
Eko menceritakan, awal mula membuat urine kambing ini diawali diri sendiri. Semula dirinya mendapat pelatihan dari dinas terkait pada tahun 2017 dan mencoba mengembangkan pupuk organik ini sendiri. Lalu pada tahun 2018 dia merekrut teman-teman gapoktan untuk menggunakan pupuk tersebut.
Lebih lanjut Eko menjelaskan, setiap peternak memasang terpal dan jeriken di bawah kandang kambing miliknya sebagai wadah pengumpulan urine. Beberapa peralatan ini juga diterima peternak atas bantuan pemerintah kampung sehingga peternak lebih bersemangat mengikuti kegiatan ini.Adapun nasabah bank urine terdiri dari 41 orang anggota Gapoktan dan beberapa masyarakat sekitar. Setiap nasabah yang terdaftar wajib menyetor urine kambing minimal dua minggu sekali.
Untuk pengembangan lebih lanjut, kata Eko, pihaknya ingin memasarkan POC milik Gapoktan ke luar kampung meskipun saat ini terkendala di modal, tempat produksi yang berpindah-pindah, dan izin penjualan. Untuk itu, dia juga telah berkoordinasi dengan Badan Usaha Milik Kampung (BUMKam, sama dengan BUMDes) untuk mengembangkan inovasinya secara bersama-sama.
Salah seorang peternak dan anggota gapoktan Tunggal, Suparman mengaku menyetor urine kambing sekitar 15 liter per dua minggu dari 4 kambing miliknya. Setelah dikelola, dia mendapat sekitar 25 liter POC yang digunakannya untuk memupuk sayuran, padi, jagung, palawija, padi, singkong, dan juga buah-buahan.
Sementara itu, Ketua BUMKam Kampung Negeri Sungkai Sohandi mengatakan siap untuk membantu pemasaran POC atau menjadikannya salah satu unit usaha. Menurutnya, selama ini penggunaan modal unit usaha yang didapat dari Dana Desa dilakukan setelah berkomunikasi dengan warga.dia mencontohkan, BUMKam Kampung Negeri Sungkai telah membeli 6 sapi dari anggaran Dana Desa sebesar Rp 51 juta. Sapi ini dikelola dan digemukkan oleh warga setempat. "Kami selaku BUMKam, minta pendapat sama masyarakat, diarahin ke Sapi. Bahkan kini sapinya sudah ada yang hasil atau hamil," ucapnya.
Adapun Wakil Bupati Way Kanan Edward Antony bersyukur karena dari 20 inovasi desa yang diusulkan ke provinsi, satu inovasi dari Way Kanan bisa jadi menu nasional. Menurutnya, hal ini sesuai dengan upaya pemda yang gencar memproduksi tumbuhan organik dengan pupuk organik dan tidak mengandung pestisida sehingga masyarakat lebih sehat.dia juga mengatakan, sejak bergulirnya Dana Desa, Way Kanan yang sebelumnya merupakan kabupaten tertinggal nomor 2 di Sumatera kini bisa naik kelas. Menurutnya, Dana Desa di Way Kanan lebih banyak digunakan untuk infrastruktur di desa-desa dan modal usaha BUMDes, termasuk di Kampung Negeri Sungkai yang digunakan untuk pembuatan sumur bor di 4 titik.
Dikutip:DetikNews