img
:::

Seminar Asia Tenggara Taipei Memperlihatkan Keberagaman Budaya

Seminar Asia Tenggara Taipei Memperlihatkan Keberagaman Budaya

Dalam rangka mengajak masyarakat umum untuk lebih memahami multikulturalisme para pekerja migran, Kantor Tenaga Kerja Asing dan Orang Cacat Kota Taipei mengadakan acara "Progresif Asia Tenggara", dengan 3 seminar terkait dengan literatur sastra pada bulan Juni, mengundang sejumlah penulis untuk berbagi dengan publik yang peduli tentang masalah pekerja migran, dan sekitar lebih dari 100 orang berpartisipasi.

Seminar pertama mengundang Liao Yunzhang (廖雲章), yang telah lama berhubungan dengan pekerja migran dan budaya Asia Tenggara, membuat para hadirin memahami gaya kerja pekerja migran di Taiwan. Dalam acara tersebut, ia mengundang orang-orang untuk membaca puisi putra pekerja migran, membuat suasana tidak kaku dan terharu.

Anny Ting yang telah menetap di Taiwan selama 18 tahun berbagi dengan para hadirin, bagaimana perjalanan transformasinya dari bekerja menjadi penduduk baru, dia mengatakan bahwa selama Anda dapat melakukan sesuatu yang berarti, maka identitas Anda tidaklah penting.

Tema seminar kedua adalah "kehidupan Asia Tenggara yang tidak Anda perhatikan" mengundang Chen Yuzhi (陳炯志) kurator Festival Film Migran 2019 dan salah satu pendiri One-Forty, Kevin Chen (陳凱翔) berbagi apa yang mereka lihat dari para migran Asia Tenggara.

Keduanya telah memperhatikan masalah migrasi sejak lama, mereka percaya bahwa mengenali pekerja migran tidak hanya berarti saling membantu, tetapi juga melihat dari perspektif yang sama, membuka interaksi hati dan pikiran, untuk melihat Asia Tenggara secara nyata dalam kehidupan.

Seminar terakhir mengundang Li Muyi (李牧宜), editor dalam komentar jaringan, dan Yana, perawat asing di rumahnya, berbagi interaksi mengenai "pekerja migran" yang menjadi "anggota keluarga".

Li Muyi berpikir bahwa dia sebelumnya tidak pernah peduli tentang itu, tetapi sekarang dia ingin memahami dan menjadi lebih dekat.

Dalam seminar tersebut, Yana membacakan karya puisi “Taipei Dengarkan Saya” (Taipei Listen to Me) dalam bahasa Indonesia, dengan judul “Kepada Anak yang Terkasih”, selama proses itu, hidungnya terasa basah, karena kekhawatiran tentang anak-anak di kota kelahirannya melebihi kata-kata yang ada.

Dari cerita mereka, orang-orang pun dapat melihat kesulitan yang telah mereka hadapi sejak lama dari kota asal mereka hingga tanah asing, melihat bagaimana Taiwan di mata mereka, serta melihat peran dan impian teman-teman migran, termasuk kegiatan di luar pekerjaan mereka.

Yana, pekerja migran yang membacakan karya puisi “Taipei Dengarkan Saya” (Taipei Listen to Me) dalam bahasa Indonesia, dengan judul “Kepada Anak yang Terkasih” (sumber: Kantor Tenaga Kerja Asing dan Orang Cacat Kota Taipei)

Respon Pertama

Berita Populer

回到頁首icon
Loading