Menurut berita yang terlampir dalam detikNews, Minahasa Utara - Kakek Hais Abdjul (60) di Kabupaten Minahasa Utara (Minut), Sulawesi Utara (Sulut), menyulap sebuah gua menjadi rumah. Kakek Hais lalu memilih bertahan hidup seorang diri di gua itu hingga sepuluh tahun lamanya.
Berita lainnya: Taoyuan Menerbitkan Triwulanan "Cintai Pekerja di Taoyuan" untuk Mempromosikan Pekerja Migran dan Penduduk Baru
Gua yang disulap menjadi rumah itu memang berada di lahan yang dimiliki Kakek Hais. Gua itu hanya beberapa meter dari jalan raya Kecamatan Kema, tepatnya di Desa Kema 3. Gua itu juga tidak jauh dari kawasan permukiman warga. Di dalam gua, terlihat ada satu tempat tidur yang sederhana, serta tempat duduk yang disediakan untuk tamu di ruangan tamu. Menariknya, di gua itu juga tersedia listrik.
"Tinggal sejak 2010. Tinggal di sini hanya manfaatkan lahan. Saya ada rumah. Tapi lama-lama kan papan akan ganti. Kalau ini kan ndak (tidak) perlu ganti seng, cat, dan lain-lain. Yang penting amanlah," kata Hais saat ditemui detikcom di kediamannya.
Berita lainnya: Organisasi di Universitas Nasional Kaohsiung "Xin hao she" Gelar Kelas Kerajinan Tenun Indonesia Secara Online
Kisah Kakek Bertahan Hidup di Gua Sampai 10 Tahun Lamanya. Sumber: detikNews.com
Hais menyebut, meski fasilitas di gua seadanya, dirinya merasa sangat nyaman.
"Ada dua kamar. Itu kamar satu belum jadi. Kurang tambah satu meter. Ruang tamu dua, kamar dua dan dapur satu. Tapi adik- adik saya tidak mengizinkan saya masak sendiri, jadi saya makan sehari-hari di rumah mereka. Listrik ambil dari sebelah. Lahan ini milik saya jadi manfaatkan," tukasnya.
Tak hanya itu, Hais mengatakan bukan baru sekali orang dekatnya mengajak tinggal serumah. Namun dia lebih memilih tinggal selamanya di gua.
"Keluarga pernah ajak tinggal di rumah mereka. Saya nggak mau, di sini aman. Bahkan kalau hujan nggak kedengaran," ujar dia sembari tersenyum.
Menurut Kakek Hais, gua itu dijadikannya rumah karena memiliki keunikan. Dia juga merasa lebih aman dengan tinggal di gua itu seorang diri. Bahkan, suara hujan pun tak sampai terdengar ke dalam.
"Rumah begini harus lihat struktur tanah, lapisan tanah. Biasanya tanah ada lapisan pasir itu yang sering merembes. Di rumah ini biar hujan tujuh hari tidak bisa merembes," katanya.
Hais menjelaskan alasan tinggal di situ karena dia tak mau memikirkan perbaikan atau renovasi rumah setiap tahun. Menurutnya, jika di gua, dia tak lagi berpikir tentang biaya renovasi dan jasa tukang.
"Kalau rumah lama-lama kan papan akan ganti. Kalau ini kan tidak perlu ganti seng, cat dinginnya. Di sini yang penting amanlah," jelasnya.
"Kalau kamar dan dapur serta ruang tamu kerja dua bulan, tapi kerja sehari kurang-lebih hanya dua sampai lima jam. Kerja sendiri, tidak kerja full," lanjutnya.
Dijelaskan Hais, meski dikerjakan dengan alat seadanya, diakui bahwa tempat tersebut sudah 10 tahun tapi hingga kini rumahnya tidak rusak.
"Selama ini tidak ada tanda-tanda rumah ini rusak," tuturnya.
Dia pun membeberkan alasannya tinggal di gua. Menurut dia, selain merasa nyaman, dia menilai bahwa memiliki rumah di gua itu unik dan semata memanfaatkan lahan kosong.
"Alasan saya tinggal di gua itu karena rasa nyaman, dan saya cari keunikan, serta memanfaatkan lahan kosong," kuncinya.