Dokter spesialis gizi klinik, dr Tirta Prawita Sari, mengungkapkan bahwa hampir 97 persen anak usia 5 hingga 19 tahun tidak cukup mengonsumsi buah dan sayur. Kurangnya asupan tersebut dapat meningkatkan risiko obesitas dan masalah kesehatan lainnya. Menurutnya, diet buruk dapat memicu peradangan yang berisiko terhadap kesehatan jangka panjang, sehingga penting mengontrol kualitas makanan yang dikonsumsi anak-anak.
Ia menekankan pentingnya keterlibatan keluarga dan lingkungan dalam membentuk kebiasaan makan sehat sejak kecil. Selain itu, tingginya konsumsi minuman manis di kalangan anak-anak juga menjadi masalah serius yang memperburuk kondisi obesitas, diperparah dengan kurangnya aktivitas fisik. Ia menyarankan agar masyarakat mulai memperhatikan informasi nilai gizi untuk menghindari konsumsi gula berlebihan.Buah-buahan (ilustrasi). Ada berbagai cara yang bisa dilakukan baik di dalam maupun di luar kulkas agar buah tidak cepat busuk.
Lebih lanjut, dr Tirta menyoroti bahwa minuman manis sering dijual murah, menarik perhatian anak-anak, serta didukung oleh strategi pemasaran agresif. Sayangnya, kebijakan pemerintah terkait obesitas dinilai masih lemah, berbeda dengan negara lain yang telah menerapkan intervensi efektif dalam mengurangi konsumsi gula pada anak-anak.
Dr Tirta juga menyayangkan bahwa obesitas kerap dianggap bukan penyakit dan kurangnya tenaga medis khusus memperumit penanganannya. Obesitas sering kali tidak ditanggung oleh asuransi kesehatan karena dianggap masalah kosmetik, meskipun obesitas merupakan penyakit serius. Pasien obesitas yang ingin berkonsultasi atau terapi sering kali harus membiayai sendiri karena asuransi kesehatan, termasuk BPJS, tidak menanggung kecuali obesitas telah memicu penyakit lain yang lebih serius, seperti penyakit katastropik.