img
:::

Kesehatan Mental Hadapi Tantangan Baru! Remaja Terlalu Fokus Jumlah "Like"

Remaja yang terlalu sering memperindah selfie dan kerap memeriksa jumlah like mungkin mencerminkan kerapuhan rasa percaya diri mereka. (Gambar/sumber: Heho)
Remaja yang terlalu sering memperindah selfie dan kerap memeriksa jumlah like mungkin mencerminkan kerapuhan rasa percaya diri mereka. (Gambar/sumber: Heho)

Berdasarkan artikel yang dirilis oleh Medical News TODAY pada November 2023, kombinasi antara selfie dan media sosial dapat berdampak negatif pada harga diri dan kesehatan mental remaja. Saat ini, remaja sering mengambil foto selfie dan mengunggahnya ke media sosial, seringkali sangat memperhatikan jumlah "like" dan umpan balik komentar. Perilaku ini dapat mencerminkan kondisi psikologis mereka, terutama kerentanan dalam rasa harga diri dan kepercayaan diri. Orang tua perlu memantau fenomena ini secara dekat dan membimbing anak-anak mereka untuk menggunakan media sosial dengan sehat.

Artikel yang disusun oleh Heather Smith ini menunjukkan bahwa meskipun selfie tampak tidak berbahaya, berbagi di media sosial dapat menimbulkan potensi bahaya bagi remaja. Sebuah survei tahun 2022 menunjukkan bahwa 28% anak perempuan berusia 8 hingga 18 tahun akan mengedit foto mereka sebelum mengunggah ke media sosial, yang dapat menyebabkan ketidakpercayaan terhadap penampilan diri mereka. Studi lain pada 2019 menunjukkan bahwa remaja yang mendapatkan banyak "like" merasakan pengakuan sosial dan peningkatan kepercayaan diri; sebaliknya, jika tidak mendapatkan cukup "like", bisa memicu perasaan ditolak yang memengaruhi kesehatan mental.Remaja menghadapi potensi risiko perundungan daring dan perhatian yang tidak diinginkan dari orang asing di dunia maya, mengingatkan orang tua untuk memantau secara ketat. (Gambar/sumber: Heho)

Menurut laporan dokter ahli bedah Amerika Serikat, 95% remaja berusia 13 hingga 17 tahun menggunakan media sosial, di mana sepertiga dari mereka mengatakan bahwa mereka "hampir selalu" menggunakan. Sebuah studi tahun 2022 yang menganalisis 68 studi terkait menemukan bahwa masalah kesehatan mental yang umum di kalangan remaja termasuk depresi, kecemasan, dan kecanduan media sosial.

Direktur Institut Penelitian Pendidikan Universitas Nasional Cheng Kung, Tung Yuk-ying menyampaikan bahwa remaja berada dalam tahap mencari nilai diri, yang membuat mereka lebih rentan mencari pengakuan melalui penampilan luar. Namun, terlalu bergantung pada pengakuan dari media sosial, jika hasilnya tidak sesuai harapan, dapat menimbulkan emosi negatif, menurunkan kepercayaan diri, dan bahkan memicu perilaku agresif seperti mengkritik foto orang lain.

Tung Yuk-ying menyarankan agar orang tua memerhatikan apakah anak mereka terlalu peduli dengan pengeditan foto atau respons setelah mengunggah, dan mencoba untuk mendiskusikan motivasi di balik perilaku ini. Remaja tidak seharusnya hanya mendefinisikan nilai diri mereka dari penampilan luar; ada cara lain untuk mencapai pengakuan diri.

Untuk membantu remaja membentuk kebiasaan penggunaan internet dan ponsel yang tepat, Direktur Yayasan John Tung, Yeh Ya-hsing menyarankan lima rekomendasi:

  1. Dengarkan perasaan: Dorong remaja untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka tentang selfie dan media sosial.

  2. Diskusikan keamanan: Bicarakan dengan anak tentang potensi bahaya media sosial dan cara penggunaannya yang aman.

  3. Bangun kebiasaan: Tetapkan waktu penggunaan layar, bangun kebiasaan penggunaan yang sehat.

  4. Terima kenyataan: Ajarkan anak bahwa ketidaksempurnaan juga merupakan sebuah keindahan, dorong mereka untuk menghadapi diri mereka sendiri dengan jujur.

  5. Jadilah teladan: Orang tua harus menjadi teladan yang baik dalam penggunaan media sosial yang tepat.

Yeh Ya-hsing mengingatkan bahwa media sosial telah mengubah cara remaja berinteraksi dengan dunia, dan sekali foto selfie diunggah, bisa jadi akan ada selamanya, meskipun telah dihapus. Oleh karena itu, remaja harus berhati-hati terhadap risiko cyberbullying dan kebocoran privasi.

Berita Populer

回到頁首icon
Loading