Analisis Tantangan Ketenagakerjaan Penduduk Imigran Baru: Situasi dan Tantangan
Analisis Tantangan Ketenagakerjaan Penduduk Imigran Baru: Situasi dan TantanganHingga akhir Juli 2024, jumlah penduduk imigran baru di Taiwan telah melampaui 600.000 orang. Jika termasuk generasi kedua, populasi ini menjadi kelompok yang tidak dapat diabaikan dalam perkembangan masyarakat Taiwan. Sejak awal tahun 2000-an, pemerintah Taiwan menyadari pengaruh kelompok penduduk imigran baru ini dalam berbagai aspek di Taiwan dan mulai merancang kebijakan serta peraturan terkait. Badan Imigrasi Kementerian Dalam Negeri menjadi lembaga utama yang bertanggung jawab, tetapi Kementerian Pendidikan, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Kesejahteraan Sosial, serta pemerintah daerah juga mengimplementasikan rencana dan program untuk membantu penduduk imigran baru dan anak-anak mereka lebih cepat berintegrasi ke dalam masyarakat Taiwan, membangun hubungan sosial yang harmonis. Dari hasilnya, dua dekade upaya ini diakui oleh banyak penduduk baru, dengan beberapa dari mereka telah menonjol di berbagai bidang. Namun, harus diakui bahwa hasil yang telah dicapai masih jauh dari tujuan membangun masyarakat yang hidup berdampingan dan harmonis.Dalam tulisan singat ini, kami hanya akan membahas aspek ketenagakerjaan penduduk imigran baru. Menurut laporan "Survei Kebutuhan Hidup Penduduk Imigran Baru" yang diterbitkan oleh Ditjen Imigrasi pada tahun 2023, tingkat partisipasi tenaga kerja penduduk imigran baru mencapai 75,01%, jauh lebih tinggi daripada rata-rata penduduk Taiwan yang hanya 59,17%. Kontribusi mereka terhadap pasar tenaga kerja yang kekurangan pekerja di Taiwan sangat besar. Namun, karena berbagai alasan, sebagian besar penduduk imigran baru hanya dapat bekerja di sektor-sektor dengan ambang batas masuk yang rendah, seperti restoran, toko makanan, kebersihan, tata graha, salon kecantikan, dan usaha kecil lainnya, atau di sektor manufaktur seperti pekerja pabrik atau pengolahan hasil pertanian dan perikanan. Berikut beberapa tantangan yang dihadapi oleh penduduk iimigran baru dalam pekerjaan, yang bisa menjadi acuan untuk perbaikan kebijakan ke depan:Keterbatasan dalam Bahasa Mandarin Membatasi Peluang Kerja Selain pasangan dari Daratan Tiongkok dan keturunan Tionghoa dari negara-negara Asia Tenggara, penduduk imigran baru di Taiwan umumnya mengalami kesulitan bahasa yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan mereka, seperti pekerjaan, komunikasi sosial, dan pendidikan anak. Meskipun setelah beberapa waktu tinggal di Taiwan mereka memiliki kemampuan berbicara dan mendengar bahasa Mandarin, mereka sering kali kekurangan kemampuan membaca dan menulis, yang membuat mereka sulit mencari pekerjaan atau membantu anak-anak mereka dalam pendidikan. Khususnya bagi penduduk imigran baru yang memiliki pendidikan tinggi di negara asalnya (seperti gelar sarjana), keterbatasan dalam membaca dan menulis membuat mereka terjebak dalam pekerjaan yang membutuhkan keterampilan rendah.Kendala tidak bisa membaca dan menulis bahasa Mandarin tidak saja berpengaruh pada pencarian peluang kerja, juga membatasi pergerakan para penduduk imigran baru, khusus mereka yang tinggal di kawasan pegunungan, perkotaan atau perdesaan dengan sistem transportasi umum yang kurang, di mana untuk keluar masuk harus mengunakan kendaraaan, sementara untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM) baik untuk mobil maupun motor harus melalui ujian tertulis, ini merupakan tantangan berat bagi mereka. Tanpa SIM membuat kehidupan dan pekerjaan mereka menjadi terbatas, untuk itu lembaga yang bertanggung jawab dalam pengujian SIM perlu bertindak aktif seperti mempertimbangakan menyediakan ujian tertulis dalam bahasa lainnya.Kesulitan dalam Mengakui Pendidikan yang Diperoleh di Negara Asal Penduduk imigran baru di Taiwan telah datang selama lebih dari tiga dekade, dan kita melihat perubahan dalam latar belakang pendidikan mereka. Banyak dari penduduk imigran baru yang datang belakangan memiliki latar belakang pendidikan yang lebih tinggi daripada generasi sebelumnya, dengan banyak yang memiliki ijazah SMA atau bahkan universitas. Namun, ijazah tersebut sering kali tidak diakui di Taiwan atau proses pengakuan pendidikan sangat sulit, yang membatasi mereka untuk pekerjaan dengan persyaratan pendidikan tertentu.Diskriminasi dalam Ketenagakerjaan Meskipun kebijakan Taiwan terhadap penduduk imigran baru telah mengalami kemajuan besar dalam 20 tahun terakhir, tidak dapat disangkal bahwa masih ada stereotip terhadap kelompok ini di masyarakat Taiwan, yang mengakibatkan diskriminasi dalam pekerjaan. Meskipun beberapa penduduk baru telah memperoleh gelar pendidikan tinggi di Taiwan, mereka masih mengalami diskriminasi di tempat kerja, terutama ketika majikan atau rekan kerja menyadari aksen Asia Tenggara mereka.Tingkat Partisipasi dalam Asuransi Ketenagakerjaan yang Rendah Sistem asuransi tenaga kerja Taiwan telah ada selama lebih dari 60 tahun, sistem ini bersifat asuransi di tempat kerja dan merupakan asuransi penting bagi sebagian besar pekerja. Meskipun tingkat cakupan asuransi penduduk imigran baru meningkat secara signifikan belakangan ini, hasil survei tahun 2023 mencapai 73,8%, angka ini mengalami peningkatan yang cukup besar dibandingkan dengan tingkat partisipasi hanya 55,5% pada tahun 2018. Namun partisipasi penduduk imigran baru yang tinggal kurang dari tiga tahun di Taiwan terdaftar dalam program ini hanya 30%. Sebagian besar disebabkan oleh keterbatasan bahasa Mandarin, peluang kerja yang terbatas, serta sikap membatasi dari keluarga mereka sehingga tidak mendapatkan pekerjaan. Dari sistem asuransi tenaga kerja sendiri juga memiliki celah, yaitu hanya perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 5 orang yang diwajibkan mengasuransikan pegawainya, sehingga perusahaan dengan jumlah pegawai 4 orang atau kurang “diperbolehkan untuk menggunakan” yang bermakna pemberi kerja tidak diwajiban untuk mengasuransikan pegawainya, dan ini tidak melanggar hukum, sementara itu banyak penduduk imigran baru dengan kondisi kerja terbatas bekerja di perusahaan kecil yang termasuk dalam pengecualian dari sistem asuransi tenaga kerja.Tindakan MendesakPeningkatan Kemampuan Bahasa MandarinUntuk menghindari pemborosan karena penduduk imigran baru yang memiliki keinginan kuat untuk mendapatkan pekerjaan tidak memperoleh pekerjaan atau menjadi separuh pengangguran, maka tugas pertama adalah memperkuat peluang dan saluran belajar bahasa Mandarin bagi penduduk imigran baru. Seperti yang disebutkan sebelumnya pembelajaran bahasa setelah datang ke Taiwan merupakan kunci bagi penduduk imigran baru dalam beradaptasi di Taiwan, meskipun bukannya tidak ada saluran pembelajaran bahasa Mandarin, karena seperti sekolah, organisasi sosial dan instansi pemerintah rata-rata telah menyediakan kesempatan belajar bahasa, tetapi efektivitasnya masih perlu ditingkatkan, selain itu, kesempatan belajar tersebut bersifat sukarela, sehingga apakah penduduk imigran baru yang tiba di Taiwan belajar bahasa Mandarin atau tidak, semua tergantung dari bagaimana sikap dukungan keluarga dan suami mereka, untuk itu perlu adanya dorongan kebijakan dalam mengatasi hambatan dari sikap keluarga dan pasangan.Peningkatan Multikulturalisme dan Pelatihan KeterampilanKedua adalah peningkatan multikulturalisme dan pelatihan kemampuan profesional masih memerlukan upaya dari kementerian terkait, karena peningkatan multikulturalisme dapat membantu masyarakat membangun apresiasi mereka terhadap budaya asing, sehingga mengurangi stereotip terhadap penduduk imigran baru; selain itu penguatan pelatihan kerja, yang di masa lalu kebanyakan lebih menekankan pada pekerjaan tertentu dengan ambang batas teknis yang rendah sehingga tidak kondusif bagi pengembangan dan prestasi dari penduduk imigran baru, untuk itu memerlukan pelatihan keterampilan kerja yang lebih beragam dan inovatif serta dilengkapi dengan layanan ketenagakerjaan guna membantu mereka lebih cepat beradaptasi dan memperoleh pekerjaan yang stabilDukungan dari KeluargaTerakhir, apakah penduduk imigran baru yang datang ke Taiwan dapat beradaptasi dengan baik dalam segala aspek, ini bergantung pada sikap dan dukungan dari keluarga dan pasangan mereka. Oleh karena itu, bagaimana seharusnya kebijakan dimulai dari keluarga suami, di satu sisi mengurangi prasangka mereka terhadap penduduk imigran baru, di sisi lainnya kesediaannya untuk mendukung penduduk imigran baru, ini menjadi prioritas kebijakan bagi penduduk imigran baru dalam berintegrasi dan berkembang di lingkungan baru. Saat ini, layanan dan kegiatan yang disediakan lembaga pemerintah dan organisasi terkait hanya dapat menjangkau sebagian kecil dari penduduk imigran baru dan keluarga yang pada dasarnya tidak memiliki masalah yang besar, sementara penduduk imigran baru yang tidak bersedia keluar atau keluarga suami yang tidak menginginkan penduduk imigran baru keluar atau mencegah untuk berpartisipasi dalam kegiatan, barulah yang menjadi target utama dalam kebijakan di masa mendatang.------------------------------------------------------------------------------Penulis: Profesor Liu Meijun / Direktur Institut Penelitian Tenaga Kerja, Universitas Nasional Chengchi
2024-10-05 09:00