Asisten Professor Nguyễn Thị Kim Ngân dari Program Ilmu Gizi, Universitas Pendidikan Nasional Taiwan, meneliti masalah konstipasi pada anak-anak Asia.
Penelitiannya adalah yang pertama menghitung prevalensi konstipasi di kalangan anak-anak Asia, yaitu sekitar 12%, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata global sebesar 29%. Namun, penelitian ini mengungkapkan bahwa prevalensi konstipasi di kalangan anak-anak usia sekolah di Taiwan mencapai 32,2%, yang berarti satu dari tiga anak menderita masalah konstipasi. Hasil penelitian ini baru saja diterbitkan di eClinical Medicine, jurnal yang berada di bawah naungan The Lancet.
Nguyễn menjelaskan bahwa konstipasi adalah masalah kesehatan umum di kalangan anak-anak dan orang dewasa. Gejala konstipasi fungsional meliputi feses keras, frekuensi buang air besar yang jarang, dan rasa buang air besar yang tidak tuntas. Dia menekankan bahwa sebagian besar penelitian tentang konstipasi berfokus pada negara-negara Barat, terutama data kasus anak-anak di negara-negara Barat. Namun, dengan perbedaan besar dalam kebiasaan makan antara Asia dan Barat, penyebab konstipasi pada anak-anak Asia mungkin berbeda.
Untuk mengisi kekurangan data terkait konstipasi pada anak-anak Asia, Nguyễn menghabiskan dua tahun melakukan analisis sistematis, menyaring lebih dari 3.000 makalah akademik dari basis data global, dan akhirnya memilih 50 penelitian yang representatif untuk dianalisis. Penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi konstipasi di kalangan anak-anak Asia Selatan hanya 6,9% dan di Asia Timur sebesar 14,1%. Namun, angka dari Taiwan jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara Asia lainnya, dengan tingkat konstipasi pada anak-anak usia sekolah mencapai 32,2%.
Nguyễn menunjukkan bahwa konstipasi mungkin memiliki hubungan erat dengan kesehatan mental. Misalnya, ketika anak-anak kecil memiliki kondisi psikologis yang buruk atau menghadapi tekanan, tingkat konstipasi meningkat secara signifikan. Dia lebih lanjut mengajukan hipotesis bahwa konstipasi dan tekanan psikologis mungkin saling memengaruhi, yang pada gilirannya dapat memengaruhi perkembangan otak dan kinerja akademik anak-anak.Ketika anak kecil mengalami kondisi psikologis yang buruk atau menghadapi stres, maka konstipasi akan meningkat secara signifikan (Gambar/sumber: Heho Parenting)
Dia menekankan bahwa diagnosis dan pengobatan konstipasi pada anak-anak kecil di masa lalu seringkali didasarkan pada standar dan metode Barat, yang mungkin tidak cocok untuk anak-anak Asia. Melalui penelitian ini, dia berharap dapat menetapkan standar diagnosis dan pengobatan konstipasi yang lebih sesuai untuk anak-anak Asia, khususnya di Taiwan.