img
:::

Virus corona penyebab penyakit Covid-19 bisa menjangkiti siapa saja, tak terkecuali anak-anak. Melansir Kid's Health, berkaca dari kasus Covid-19 pada anak-anak, kebanyakan anak-anak tertular virus corona dari orang yang tinggal serumah atau anggota keluarganya. Di beberapa kasus, virus ini menyebabkan dampak infeksi yang lebih ringan pada anak-anak ketimbang orang berusia lanjut. Kendati demikian, anak positif Covid-19 ada juga yang mengalami infeksi serius sampai meninggal dunia.

Gejala virus corona pada anak Melansir laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), tanda dan gejala Covid-19 pada anak sulit dibedakan dari penyakit saluran pernapasan karena penyebab lain. Gejala infeksi virus corona bisa berupa batuk dan pilek seperti penyakit selesma. Penyakit yang menyerang saluran pernapasan ini bisa berbahaya apabila menyerang paru-paru. Yakni, memicu radang paru-paru atau pneumonia. Gejala pneumonia di antaranya demam, batuk, dan kesulitan bernafas yang ditandai dengan nafas cepat dan sesak nafas.

Untuk mengetahui napas anak cukup cepat atau tidak, Anda bisa menghitung jumlah pernapasan dalam waktu satu menit. Napas dikatakan cepat apabila intensitas napas: Usia 0 sampai kurang dari 2 bulan: 60 kali per menit atau lebih Usia 2 sampai kurang dari 12 bulan: 50 kali per menit atau lebih Usia 1 sampai kurang dari 5 tahun: 40 kali per menit atau lebih Saat menghitung jumlah napas anak, Anda diimbau memperhatikan tanda sesak seperti tarikan dinding dada (chest indrawing).

Sementara itu, NHS mencatat beberapa gejala utama virus corona, di antaranya: Suhu tubuh tinggi atau demam Batuk terus-menerus (batuk tanpa jeda lebih dari satu jam atau batuk yang intens selama 24 jam) Tidak peka rasa dan bau

Bahaya komplikasi infeksi virus corona pada anak Melansir Harvard Health Publishing (14/5/2020), sejumlah anak positif Covid-19 dilaporkan mengalami komplikasi infeksi virus corona yang berbahaya. Oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, kondisi ini disebut sindrom inflamasi multisistem pada anak. Komplikasi berupa peradangan ini dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk menyerang jantung, menyebabkan kegagalan organ, dan bisa mengancam jiwa. Pasalnya, peradangan dapat membatasi aliran darah, merusak jantung, ginjal, dan organ vital lainnya. Laporan awal sempat menyebut gejala sindrom inflamasi multisistem pada anak mirip kawasaki disease (penyakit kawasaki). Penyakit kawasaki adalah peradangan yang bisa menimbulkan masalah pada jantung. Seiring berjalannya waktu, ahli menyimpulkan penyakit kawasaki berbeda dari komplikasi Covid-19 pada anak ini.

Sementara, para ahli menyimpulkan sindrom inflamasi multisistem pada anak kemungkinan merupakan reaksi tubuh terhadap infeksi virus corona. Namun, para ahli masih mencari jawaban mengapa di beberapa kasus sindrom inflamasi multisistem pada anak ternyata penderitanya negatif Covid-19.

Akan tetapi, para orangtua perlu waspada jika putra atau putrinya mengalami sindrom inflamasi multisistem pada anak. Beberapa gejala sindrom inflamasi multisistem pada anak di antaranya: Demam lebih dari beberapa hari Ruam Konjungtivitis (kemerahan pada bagian putih mata) Sakit perut Muntah dan atau diare Kelenjar getah bening di leher bengkak Bibir merah dan pecah-pecah Lidah lebih merah dari biasanya, terlihat seperti stroberi Tangan atau kaki bengkak Lekas marah, mengantuk, lemah sepanjang hari

Gejala sindrom inflamasi multisistem pada anak di atas bisa mirip penyakit lain. Misalkan, radang tenggorokan dapat menyebabkan demam, ruam, pembengkakan kelenjar getah bening, dan lidah memerah. Sakit perut, muntah, dan diare juga bisa dipicu beragam virus dan bakteri. Sebelum membuat diagnosis sindrom inflamasi multisistem pada anak, dokter umumnya tidak hanya melihat gejala. Namun, dokter juga melakukan pemeriksaan fisik serta tes medis untuk memeriksa peradangan dan mengamati fungsi organ. Sindrom inflamasi multisistem pada anak ini kasus langka yang dialami pasien Covid-19. Jika anak mengalami gejala virus corona di atas, orangtua jangan buru-buru panik. Namun, ada baiknya orangtua tidak abai dan tetap waspada demi keselamatan anak.

Sumber:Kompas

Seorang ibu mencium anaknya, di mana mereka menggunakan masker untuk menghindari penularan virus corona di TK di Seoul, Korea Selatan, pada 27 Mei 2020. (REUTERS)

Berita Populer

回到頁首icon
Loading