img
:::

Orang Tionghoa di Indonesia Masih Mempetahankan Tradisi Tionghoa

Orang Tionghoa di Indonesia juga akan mengadakan upacara sembahyang pada saat "bulan hantu" sebagai bentuk penghormatan kepada semua makhluk, khususnya roh-roh leluhur.  (Sumber foto : Wikipedia)
Orang Tionghoa di Indonesia juga akan mengadakan upacara sembahyang pada saat "bulan hantu" sebagai bentuk penghormatan kepada semua makhluk, khususnya roh-roh leluhur. (Sumber foto : Wikipedia)

Setiap tahun pada tanggal 15 bulan 7 kalender Imlek adalah Hari Pertengahan (juga dikenal sebagai Festival Ullambana/Pelimpahan Jasa Kepada Leluhur), merupakan hari raya tradisional bagi masyarakat Tionghoa. Komunitas Tionghoa di berbagai tempat akan mempersiapkan persembahan pada hari tersebut untuk menghormati roh-roh yang telah meninggal. Berbagai kegiatan terkait juga akan diadakan di berbagai tempat, dan isi dari kegiatan tersebut mungkin berbeda tergantung daerahnya.

Festival Ullambana.

(Sumber foto : Wikipedia)

Sebagai contoh komunitas Tionghoa di Indonesia, masyarakat Tionghoa setempat sangat menghargai tradisi semasa Festival Pertengahan. Baik orang Hokkien, Hakka, Kanton, Chaozhou, Hainan, semuanya memiliki kebiasaan memperingati Festival Pertengahan. "Festival Pertengahan" dalam Bahasa Indonesia disebut Perayaan Zhong Yuan, juga dikenal sebagai Festival Cioko (pengucapan Hokkien). Beberapa media Indonesia juga menyebutnya sebagai Festival Hantu atau Festival Hantu Kelaparan.

Di Indonesia, Tionghoa yang beragama Buddha atau Tao juga akan memperingati Festival Pertengahan dengan memuja dewa-dewi, leluhur, dan arwah lainnya, serta mengadakan upacara ritual dengan sangat hati-hati. Cara persembahan mengikuti tradisi leluhur. Sama seperti di Taiwan, Tionghoa di Indonesia percaya bahwa selama bulan 7 kalender lunar adalah waktu ketika gerbang roh ke dunia terbuka, di mana arwah bebas berkeliaran dari dunia bawah ke dunia manusia. Beberapa roh jahat bisa mengganggu ketenangan kehidupan. Oleh karena itu, orang Tionghoa yang lebih tua di Indonesia sering kali mengingatkan beberapa pantangan seperti, tidak bermain air, bepergian, menikah, pindah rumah, membeli kendaraan, atau menjemur pakaian di luar rumah selama bulan tersebut.

Pentingnya bulan 7 lunar bagi Tionghoa di Indonesia setara dengan pentingnya bulan puasa bagi Muslim atau Hari Nyepi bagi penganut Hindu. Selama periode ini, masyarakat Tionghoa di Indonesia juga sangat mematuhi tradisi yang diwariskan oleh leluhur mereka, melakukan kebajikan, berbicara baik, dan memberikan bantuan kepada sesama, dan berbuat karma baik.

Artikel lainnya : Festival Musik Penghu 2023 Dimeriahkan dengan Pertunjukan Cahaya, Konser, dan Undian Setiap Minggu

Berita Populer

回到頁首icon
Loading