Kebutuhan tidur anak selalu menjadi teka-teki bagi orang tua. Bagaimana cara mengetahui apakah anak sudah cukup tidur? Sebenarnya, cukup dengan mengamati kapan anak bangun sendiri tanpa perlu dibangunkan orang tua. Ini adalah cara paling sederhana dan efektif. Metode ini diusulkan oleh pakar tidur anak Jepang, Mikio Sanmichi, yang telah meneliti gangguan tidur anak selama lebih dari 30 tahun. Dengan metode ini, orang tua dapat mengamati anak selama sekitar 1 hingga 2 minggu untuk mengetahui durasi tidur yang sebenarnya dibutuhkan anak.
Kebutuhan tidur anak berbeda-beda, sebgian anak membutuhkan lebih banyak, sementara yang lainnya lebih sedikit. Berdasarkan saran dari National Sleep Foundation AS, anak prasekolah (usia 3-5 tahun) membutuhkan 10-13 jam tidur, anak usia sekolah dasar (usia 6-13 tahun) membutuhkan 9-11 jam, dan remaja (usia 14-17 tahun) membutuhkan 8-10 jam. Namun, orang tua dapat menentukan kebutuhan tidur anak dengan mengamati waktu anak bangun secara alami. Metode ini tidak hanya ilmiah, tetapi juga dapat menghindari tekanan yang tidak perlu.
Orang tua dari keluarga yang keduanya bekerja biasanya menghadapi masalah pulang larut malam. Meskipun berniat untuk makan malam bersama dengan anak, tetapi karena harus mandi, mengerjakan tugas, dan berbagai pekerjaan rumah tangga lainnya seringkali menunda waktu tidur anak. Tidur sangat penting untuk perkembangan fisik dan mental anak, sehingga orang tua perlu lebih memperhatikan jadwal tidur anak. Bagaimanapun, membiasakan kebiasaan tidur yang baik sangat penting untuk pertumbuhan anak.
Kebiasaan baik dibentuk sejak dini, semakin dini semakin mudah dibentuk
Sanmichi menekankan bahwa anak-anak lebih mudah membiasakan jadwal tidur yang teratur ketika masih kecil. Berdasarkan penelitiannya, pola tidur dan bangun anak biasanya ditentukan oleh kebiasaan yang dibentuk pada usia 18 bulan hingga 2 tahun. Jadi, yang terbaik adalah membiasakan jadwal tidur yang teratur sejak bayi, sehingga saat anak tumbuh lebih besar, jadwalnya tidak mudah terganggu.
Tidur siang bukanlah obat mujarab untuk mengatasi kurang tidur!
Banyak orang tua berpikir bahwa jika anak tidak cukup tidur di malam hari, mereka dapat menggantinya dengan tidur siang. Namun, Sanmichi mengemukakan bahwa pemikiran ini salah. Terlalu bergantung pada tidur siang akan menyebabkan lingkaran setan: tidur lebih larut di malam hari, dan hari berikutnya membutuhkan lebih banyak tidur siang untuk mengimbanginya. Jadwal anak akan semakin kacau. Jika anak bangun dengan perasaan bahagia di pagi hari, berarti tidurnya sudah cukup, dan waktu tidur siang akan berkurang seiring bertambahnya usia. Ia juga merekomendasikan agar tidur siang tidak melebihi pukul 2 sore, agar lebih mudah tidur di malam hari.Jika anak cukup tidur di malam hari, frekuensi dan durasi tidur siang akan secara alami berkurang seiring bertambahnya usia. (Gambar/sumber: Pexels)
Liburan mengganggu jadwal tidur? Perencanaan dini untuk mengembalikannya!
Di liburan atau akhir pekan, banyak anak mungkin begadang, sehingga mudah memengaruhi sistem saraf otonom, sekresi hormon, dan pengaturan suhu tubuh mereka, yang membuat kebiasaan tidur normal sulit dipulihkan. Oleh karena itu, mempertahankan jadwal tidur yang teratur adalah cara terbaik. Namun, jika jadwal benar-benar terganggu, seperti selama liburan sekolah, Sanmichi menyarankan untuk secara bertahap kembali ke jadwal normal dalam 10 hingga 14 hari sebelum memulai sekolah, sehingga kehidupan anak kembali pada jalurnya.
Tidur yang baik adalah dasar bagi pertumbuhan anak yang sehat, tidak hanya untuk mempromosikan perkembangan fisik, tetapi juga untuk menstabilkan suasana hati dan meningkatkan efisiensi belajar. Dengan mengamati waktu anak bangun secara alami, membiasakan jadwal tidur yang teratur, dan mengontrol tidur siang dengan tepat, orang tua dapat memastikan anak-anak mendapatkan istirahat yang cukup. Mari kita ciptakan tidur yang sehat dan cukup untuk setiap anak kita, agar mereka dapat menyambut setiap tantangan baru dengan semangat setiap hari!
Sumber: Website Mamabunda