Bagi Xu Shufen, pemenang Konferensi Pengakuan Profesional Pekerjaan Sosial 110 Nasional yang sekarang bekerja sebagai pembimbing konseling penduduk baru wanita, hati yang penuh rasa keingintahuan akan keberagaman budaya serta kapasitas tinggi untuk selalu belajar dan berkembang merupakan dua kunci terpenting yang membuka pintu menuju profesinya sekarang ini. Tidak hanya itu, dua hal tersebut juga telah menjadi penyemangatnya untuk terus berkarya.
Awal Mula Pembimbing Konseling Penduduk Baru
Menurut Xu Shufen, profesinya sebagai pekerja sosial sebenarnya berawal dari kegagalannya menempuh ujian kelayakan calon guru. Hal ini membuatnya beralih profesi menjadi pekerja sosial.
Baik guru maupun pekerja sosial harus terampil berinteraksi dengan sesama manusia. Namun, apa yang dihadapi dua profesi ini dalam lingkungan kerja sangat berbeda. Untuk menjalin hubungan yang baik dengan warga penduduk baru, seorang pekerja sosial harus mengerti bahwa masalah yang dihadapi oleh kelompok masyarakat ini bersumber dari perbedaan budaya dan pola pikir. Maka dari itu, untuk menangkap hati penduduk baru, seorang pekerja sosial harus belajar memahami latar belakang mereka.
Langkah Pertama, Berawal dari Hati
Dalam perjalannya menjadi pembimbing konseling penduduk baru wanita, Xu Shufen tentunya melintasi banyak rintangan. Beliau menyatakan, hal-hal yang dihadapi dalam pekerjaan sesungguhnya tidak sebanyak yang orang-orang pikirnya. Masalah para penduduk baru wanita biasanya berasal dari keluarga. Demi mempertahankan kesejahteraan dalam keluarga dan posisi keluarga mereka dalam masyarakat, banyak dari penduduk baru wanita akan memendam masalah dan emosi pribadi. Ada yang tidak kuat menanggung beban tersebut. Namun, mereka tidak bisa lepas dari keluarganya di Taiwan, dan tidak bisa meminta pertolongan dari negara asal mereka. Dalam hal ini, peran pekerja sosial tidak hanya sebagai pihak yang berusaha membantu mereka menanggulangi masalah keluarga, tetapi juga menemani mereka menempuh masa-masa sulit.
Penduduk baru wanita yang kuat menanggung beban kewajibannya demi membahagiakan keluarga dan anak-anak akan memilih untuk terus tinggal di Taiwan. Namun, menurut pernyataan Xu Shufen, ketika anak-anak mereka sudah besar, mereka pun akan memutuskan untuk pergi. Ada yang memulai usaha sendiri. Ada yang berprestasi dan kemudian menjadi pengajar, menjadi pembimbing dan berbagi pengalaman dengan para wanita dari negara asing yang baru tiba di Taiwan dan tengah menghadapi banyak tantangan.
Sebagai pekerja sosial, melihat seseorang yang dulu dibimbing menjadi seorang pembimbing ialah suatu sumber kebahagiaan. Selain mendapatkan rekan kerja baru, jumlah orang yang turut memberikan bantuan kepada penduduk baru pun bertambah.
Tantangan dalam Komunitas dan Pemikiran Baru
Menurut Xu Shufen, tantangan yang terasosiasi dengan warga penduduk baru selama sepuluh tahun terakhir ini terus berubah-ubah, seperti relasi pasangan yang berbeda kewarganegaraannya, pendidikan anak-anak, generasi kedua warga penduduk baru, bagaimana menyediakan bantuan sesuai kepada kelompok umur yang berbeda-beda, dan lain-lain.
Beberapa anak-anak dari warga penduduk baru awalnya tinggal dan besar di negara asal sendiri. Setelah lulus pendidikan dasar, mereka pindah ke Taiwan, dan tentunya harus bersekolah di Taiwan pula. Kewajiban pekerja sosial adalah untuk membantu anak-anak ini beradaptasi dengan kehidupan baru mereka dan mengawasi tindakan serta kebijakan pemerintah yang dilakukan sebagai respon atas hal ini. Pekerja sosial juga membantu dalam mendidik anak-anak warga penduduk baru perihal budaya negara asal ibu mereka, misalnya melalui buku cerita atau video. Dengan ini, anak-anak tidak hanya mendapat pengetahuan tentang kampung halaman ibunya, tetapi juga dapat membangun relasi dan hubungan yang lebih dekat dengan keluarga.
Xu Shufen menambahkan bahwa warga penduduk wanita yang sudah lama berada di Taiwan tidak hanya semakin menua, namun semakin banyak pula jumlahnya. Banyak dari mereka telah lanjut usia dan hidup sendirian. Pekerja sosial juga turut membantu mereka, menemani mereka melalui hari-hari di masa tua.
Menuju Perubahan Baru
Dalam beberapa tahun terakhir, warga penduduk baru yang telah beradaptasi dengan baik di Taiwan mulai mendapatkan hak pilih. Kata Xu Shufen, diadakannya berbagai kelas dan pelatihan bagi penduduk baru pun turut membantu warga penduduk baru wanita mendapatkan pengalaman baru dan mengembangkan pemikiran sendiri.
Beliau juga menyatakan bahwa sikap dan pembawaan para pekerja sosial memegang peranan penting dalam melatih keterampilan para warga penduduk baru. Sebagai pembimbing, seorang pekerja sosial harus memiliki hati yang tulus dan pengertian. Dengan begini, proses pelatihan dapat berjalan dengan lancar, dan kepercayaan diri warga penduduk baru yang berpartisipasi pun akan ikut meningkat.
Teguh Percaya, Pantang Menyerah
Dari pembicaraan dengan Xu Shufen, sangat jelas terlihat bahwa beliau tidak menganggap penghargaan yang diraihnya sebagai prestasi yang besar. Beliau hanya membekali diri dengan hati yang penuh rasa keingintahuan serta kekagumannya akan para penduduk baru wanita yang dengan berani datang dan hidup di negara asing. Beliau berkata, “Kita harus terus menjaga rasa keingintahuan terhadap budaya dari negara yang berbeda, mencoba untuk memahami dan tidak mengkritik kehidupan mereka, dan yang terpenting, harus memiliki hati yang peduli kepada sesama.” Bila kita ingin memahami lebih jauh para warga penduduk baru, sikap dan kepercayaan ini memang menjadi kunci yang terpenting.