Dengan tren pola makan nabati di seluruh dunia, Institut Penelitian Pertanian Taiwan telah berhasil mengembangkan teknologi produksi baru dari tempe Indonesia, yang meningkatkan serat makanan tempe hingga 60% dan mempertahankan nilai gizi kulit bijinya, bukan hanya dapat menghemat beban kerja, mengurangi limbah, dan memberikan nilai gizi lebih kepada masyarakat.
Tempe adalah makanan yang terbuat dari kedelai yang difermentasi, dapat dimasak dengan berbagai cara, pertama kali diperkenalkan ke Taiwan oleh pekerja migran Indonesia ketika mereka datang untuk bekerja di Taiwan, dan secara bertahap mulai populer di Taiwan.
Artikel Lainnya : One-Forty Mengunjungi Rumah Pekerja Migran di Indonesia
Tempe perlu difermentasi dengan kedelai untuk membentuk tempe yang bergizi.
(Sumber foto : Facebook 素食好味廚房)
Karena proses pembuatan tempe tradisional tidak praktis, maka kedelai harus direbus kemudian dikupas untuk menumbuhkan tempe, dan akan mengeluarkan sedikit bau fermentasi yang juga sangat menjijikkan bagi sebagian orang, maka laboratorium pertanian mencoba mengembangkan kedelai yang tidak perlu dikupas, teknologi fermentasi memungkinkan kedelai diinokulasi langsung dengan tempe, yang tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga sangat mempersingkat proses produksi, sekaligus menyesuaikan proses fermentasi untuk membuat rasa tempe lebih enak, meningkatkan permintaan pasar akan pola makan nabati.
Seorang asisten peneliti di Taiwan Agricultural Research Institute mengatakan bahwa bahan-bahan bergizi seperti tempe telah berkembang secara internasional, termasuk di Amerika Serikat, Kanada, Eropa, dan Jepang, di mana tempe dapat dibeli langsung, sehingga melalui peningkatan teknologi, diharapkan dapat mempromosikan tempe baru kepada masyarakat, agar semua orang bisa mengetahui bahan enak yang mudah dicerna.