Proyek "Scanning for Whose Marginal Memory" (掃描誰的邊緣記憶) diprakarsai oleh Cultural Taiwan Foundation (文化臺灣基金會), yang menggabungkan teknologi eksperimental digital dari pencipta seni dan promosi seni serta komunitas guru lintas bidang SEAT Southern Time Laboratory (SEAT南方時驗室) dari National Chi Nan University (國立暨南大學) terus mempromosikan spekulasi seni dan sastra, dengan karakteristik temporal dan spasial Asean Plaza, kita dapat memikirkan kreativitas yang terus dicetuskan oleh multikulturalisme di Taiwan. SEAT Southern Time Laboratory juga mengadakan dua workshop kreatif, mengundang penduduk baru dari negara-negara Asia Tenggara untuk berbagi ide dan kreasi. Pada saat yang sama, mengombinasikan dengan teknologi pemindaian digital dari memori solid tim seni, sehingga karya-karya dari workshop dapat diintegrasikan ke dalam Ruang gambar virtual Asean Plaza, memperluas hingga berbagi pengalaman hidup yang tersembunyi dalam karya, dan terus berinteraksi lebih banyak dengan audiensi melalui media cloud dalam eksperimen.
Linda dari Jawa Timur membawa satu set baju buatan ibunya. Sumber: Diambil dari SEAT Southern Time Laboratory
Asisten profesor dari National Chi Nan University Departemen Studi Asia Tenggara Shen Haoting (沈豪挺), berbagi cerita yang menarik dari workshop ini. Proyek "Scanning for Whose Marginal Memory" berharap dapat menciptakan ruang gambar virtual di Asean Square Taichung melalui penggunaan teknologi pemindaian digital, dan kegiatan workshop SEAT Southern Time Laboratory menghubungkan berbagai cerita yang mengharukan di Asean Plaza. Melalui workshop ini, kami dapat memahami apa yang orang-orang di Asia Tenggara bayangkan tentang kampung halaman orang lain, dan bagaimana para merchant di Asean Plaza mereproduksi imajinasi kampung halaman mereka untuk memuaskan kerinduan konsumen akan kampung halaman. Selain itu, melalui sharing dan scanning objek-objek kampung halaman, dapat meningkatkan pertukaran budaya antar suku.
Para merchant juga membawa barang-barang ala kampung halaman untuk ikut memeriahkan acara tersebut, Wati yang berasal dari Jawa Barat dan datang ke Taiwan selama 12 tahun telah tujuh setengah tahun tidak pulang. Dia membawa tas kerajinan penduduk asli yang merupakan benda representatif, Wati berharap agar masyarakat Taiwan dapat mengenal kerajinan tangan penduduk asli Indonesia. Linda yang berasal dari Jawa Timur membawa satu set baju yang bermakna, yang dibuat oleh ibunya Linda dan dipakai oleh Linda saat pesta pernikahannya, bagi Linda itu adalah satu set batik yang penuh kenangan.
Pindy yang berasal dari Jawa Tengah dan sudah 12 tahun berada di Taiwan ini membawa beberapa foto keluarganya, dia berharap kemanapun dia pergi, keluarganya akan tetap ada di hatinya untuk selamanya. Sumber: Diambil dari SEAT Southern Time Laboratory
Selain itu, berharap lebih banyak peserta yang dapat menembus hambatan kerjasama transnasional di era pandemi ini, mulai dari Taichung, antarmuka cloud akan secara bertahap memicu lebih banyak pertukaran budaya online di dalam dan luar negeri. Pada rangkaian kegiatan selanjutnya, selain perilisan cloud image space pada akhir Oktober, juga akan ada dua perpustakaan live dan presentasi hasil. Ruang pencitraan digital akan terus merencanakan berbagai kegiatan komunikasi cloud di masa depan, dan perpustakaan live mengundang peserta workshop untuk berbagi pengalaman dan cerita kreatif mereka tentang objek yang dipilih. Hasil dari proyek ini akan dipamerkan dan semua karya akan ditampilkan dalam bentuk tea party, untuk informasi detail tentang acara tersebut dapat mengikuti fans page SEAT Southern Time Laboratory (SEAT南方時驗室).