[Berita Global Untuk Penduduk Baru] bekerja sama dengan [Listener] untuk meluncurkan identitas diri atau cerita keluarga yang ditulis oleh generasi kedua imigran baru. Melalui analisis diri mereka, dialog antara budaya yang berbeda menjadi lebih mendalam dan inklusif. 【Listener 聽你說】 adalah platform LSM yang memberikan konsultasi gratis tentang hukum dan kesehatan masyarakat untuk generasi kedua dan imigran baru.
Artikel "Cinta, tidak memandang kebangsaan" ini ditulis oleh penulis Lý Xì Dầu. [Berita Global Untuk Penduduk Baru] juga menyusun konten artikel ini ke dalam 5 bahasa termasuk bahasa Mandarin, Inggris, Vietnam, Thailand, dan Indonesia.
Cinta, tidak memandang kebangsaan
Penulis : Li Jiang You
Harapan seperti apa yang dipegang publik untuk jalan hidup generasi kedua yang baru? Apakah karena status ibunya kemudian didiskriminasi sejak kecil? Atau malah aktif mempelajari bahasa ibunya, dan menjadi talenta penting bagi pembangunan ekonomi negara?
Artikel Lainnya : Grup Bimbingan Bahasa Imigran Baru mempromosikan Bahasa-Bahasa Asia Tenggara Untuk Membangun Keanekaragaman Dalam Masyarakat
Ketika penulis pulang ke Vietnam lima tahun lalu, keluarganya menyiapkan banyak hal untuk di bawa pulang ke Taiwan.Sumber foto : Li Jiang You
◆Memori Dari Kampung Halaman
Setiap tiga sampai lima tahun, saya akan kembali ke Vietnam bersama ibu saya. Begitu saya melangkah keluar dari gerbang bandara, saya melihat anggota keluarga Vietnam memegang tanda dengan nama saya dan nama ibu saya memanggil kami. Setelah meninggalkan bandara, saya harus naik bus jarak jauh selama setengah hari untuk mencapai Provinsi Bac Lieu, tempat rumah nenek saya berada. Itu adalah tempat pedesaan yang sederhana dengan halaman depan yang luas dan halaman belakang yang penuh dengan perkebunan.
◆Tidak Ada Yang Rasis
Saya telah tinggal di Taiwan selama 19 tahun, dan saya tidak dilabeli sebagai imigran generasi kedua. Teman-teman sekelas saya selalu menganggap latar belakang saya keren dan istimewa. Saya akrab dengan ibu saya, dan saya suka semua yang ada di Vietnam.
Tetapi bahkan dengan pengalaman pertumbuhan yang tampaknya mulus, masih sulit bagi saya untuk mengklarifikasi identitas saya.
Saya ingat ibu saya memberi tahu saya sejak saya masih kecil: "Jangan beri tahu orang lain bahwa ibumu orang Vietnam, atau mereka akan memandang rendah kamu." Melihat ke belakang, persepsi ibu saya mungkin karena perasaan negatif yang dia alami di masyarakat Taiwan, dan saya tidak ingin saya mengulangi kesalahan yang sama.
Artikel Lainnya : Peringanan Hukuman Bagi WNA Yang Telah Tinggal Melebihi Batas Masa Izin Tinggal
Penulis Li Jiang You berfoto bersama keluarganya.Sumber foto : Li Jiang You
Setiap malam sebelum atau dini hari meninggalkan rumah nenek, ibu dan anggota keluarga saya selalu mengadakan perpisahan. Mungkin sulit dibayangkan oleh orang awam, tapi bagi penduduk baru, adalah siksaan dan waktu yang lama untuk bertemu keluarganya setiap tiga sampai lima tahun. Tetapi kembali ke kampung halaman saya bukan hanya waktu yang paling santai dan tanpa beban bagi saya, tetapi juga tempat bagi ibu saya untuk bersantai, dia selalu tersenyum di sini, senyum cerah yang belum pernah saya lihat selama dia di Taiwan.
“Mengapa dia ke Taiwan, tetapi tidak hidup bahagia?” Mungkinkah kelahiran saya menjadi alasannya? Seiring bertambahnya usia, saya sering bertanya pada diri sendiri. Saya beruntung memiliki ibu Vietnam, tetapi jika identitas saya didasarkan pada rasa sakit ibu saya, apakah identitas kebanggaan saya sebagai generasi kedua penduduk baru menjadi beban terselubung?
Menemukan Identitas Diri Dalam Cinta
Ada begitu banyak perasaan rumit yang terjalin dalam identitas diri generasi kedua baru yang belum saya temukan jawabannya. Kalau dipikir-pikir dari sudut lain, jika identitas imigran baru generasi kedua diberikan kepada saya oleh ibu saya, itu sudah hal yang tidak dapat diubah. Mungkin satu-satunya yang bisa saya lakukan adalah menjadi tempat perlindungan ibu saya dan pilar penting bagi ibu saya di Taiwan.
Untuk alasan ini, saya telah bekerja keras untuk belajar bahasa Vietnam sejak saya kuliah, berharap untuk memperpendek jarak dengan ibu saya dan anggota keluarga Vietnam, dan saya juga merasa bahwa bahasa yang sama memang dapat mendekatkan kami. Identitasnya mungkin masih membingungkan, tapi menurut saya, cinta tidak memandang kebangsaan.