Pada bulan November 2019, Kota Wuhan di China tiba-tiba dilanda penyakit radang paru-paru yang datang tanpa asal usul jelas, membawa serta sejenis virus corona baru ke dunia. Dalam waktu dua bulan, virus ini pun telah merajalela ke seluruh penjuru dunia, menjatuhkan puluh ribuan korban, dan menjadi penyakit dengan kecepatan penularan tertinggi di abad ini. Untuk menghadapi situasi pandemi tersebut, Pemerintah Taiwan segera menetapkan peraturan pengawasan dan pengontrolan terhadap batas negaranya. Hal ini pertama-tama diwujudkan dalam kebijakan yang mengharuskan semua penumpang pesawat asal Wuhan untuk menjalani masa karantina. Pada tanggal 26 Januari 2020, Taiwan menutup akses masuk bagi pengunjung asal Hubei, Guangdong, dan Wenzhou. Pada tanggal 11 Februari, Taiwan langsung melarang kedatangan pengunjung asal China, Hongkong, dan Aomen. Pada tanggal 19 Maret, kebijakan ini berubah menjadi larangan atas kedatangan semua warga negara asing. Tindakan ini juga merupakan kebijakan lockdown pertama Taiwan dari kunjungan asal luar negeri.
Kesuksesan Taiwan dalam mencegah virus masuk ke dalam negaranya membuahkan hasil -- selama 8 bulan berturut-turut, negara ini tidak mengalami satu pun penambahan kasus positif terinfeksi. Taiwan pun menjadi “Negara Teladan” dalam menghadapi COVID-19. Namun, kedamaian dan kesejahteraan yang dinikmati Taiwan pun mencapai titik akhirnya pada bulan Mei 2021 dengan terjadinya kasus penularan di Novotel dan kedai teh di wilayah Wanhua di Taipei, serta kasus penularan pekerja migran di pabrik teknologi. Dengan meningkatnya jumlah kasus positif COVID-19, seluruh petugas medis pun telah melakukan persiapan untuk memasuki medan perang. 《Berita Global untuk Penduduk Baru》pun telah melaksanakan wawancara jarak jauh dengan para ksatria berjubah putih dari Cabang Zhongxiao Rumah Sakit Kota Taipei untuk mencari tahu bagaimana para petugas medis mempersiapkan dan menjaga diri agar tidak tertular dalam perjalanan melawan pandemi ini.
Hormat pada Ksatria Berjubah Putih, Lindungi Taiwan Lawan Pandemi. Sumber: Perserikatan Rumah Sakit Cabang Chongxiao
- Risiko Pandemi Meningkat, Ksatria Berjubah Putih Masuk Medan Perang
Hotel Novotel Taipei di Wanhua pada tanggal 20 April, kedai teh di Wanhua pada tanggal 15 Mei, dan yang terbaru, pabrik teknologi di Miaoli pada bulan Juni -- serangkaian peristiwa penularan yang terjadi berturut-turut ini membawa gelapnya kehadiran pandemi kembali menaungi negara. Dalam waktu kurang dari sebulan, pandemi telah merajalela dari Taipei dan New Taipei sampai ke seluruh penjuru negara. Persentase kematian penduduk negara telah melebihi persentase rata-rata kematian di seluruh dunia, yaitu 3.38%. Persentase penduduk berusia 60 tahun ke atas yang mengalami gejala berat telah meningkat 30%, sedangkan perawatan yang dapat disediakan rumah sakit tidak seberapa. Ini tentunya merupakan pukulan berat bagi persediaan dan sumber daya medis Taiwan.
Dokter Chen Changyu yang bekerja di perserikatan rumah sakit cabang Zhongxiao menyatakan bahwa sebelum berlakunya masa standar kewaspadaan nasional tingkat tiga, pasien yang mengalami gejala dan harus tinggal rumah sakit biasanya akan langsung menjalani tes pemeriksaan. Bila pemeriksaan tersebut menunjukkan hasil negatif, maka pasien yang terkait akan ditempatkan di kamar isolasi. Dengan ini, resiko pasien lain tertular dengan virus pun akan menurut drastis. Pada awal bulan Mei, penularan antar masyarakat dalam komunitas mulai meningkat, dan Taiwan pun memasuki masa standar kewaspadaan nasional tingkat tiga. Karena ini, semua pasien yang harus menetap di rumah sakit, baik mereka yang mengalami maupun tidak memiliki gejala terinfeksi, harus menjalani tes pemeriksaan.
Berita lainnya: Memanggul Kewajiban Berat, Simak Kisah Polisi Wanhua di Tengah Pandemi
Dokter Chen Changyu mengingatkan masyarakat untuk tetap memperhatikan kondisi tubuh sendiri. Sumber: Perserikatan Rumah Sakit Cabang Chongxiao
Meskipun begitu, penularan virus ini terjadi dengan sangat cepat. Pada tanggal 21 Mei, persediaan medis di Taipei dan New Taipei telah menipis drastis. Dari sejumlah 821 tempat tidur khusus pasien di kamar perawatan khusus, hanya tersisa 211 tempat tidur. Karena hal ini, pihak rumah sakit tidak lagi menyediakan tes pemeriksaan bagi masyarakat yang datang untuk eksaminasi kesehatan. Selain itu, pihak rumah sakit juga memindahkan sebagian tempat tidur pasien ke kamar perawatan khusus, dan mendedikasikan penggunaan ruang isolasi tekanan negatif bagi pasien yang membutuhkan bantuan dari alat atau tabung pernapasan. Sekarang, setelah masa standar kewaspadaan nasional tingkat tiga telah kembali diperpanjang, jumlah tempat tidur pasien kosong di rumah sakit Taipei dan New Taipei sebanyak 1416 dari 2948 tempat tidur. Di Unit Gawat Darurat, terdapat 181 tempat tidur kosong. Penggunaan persediaan medis yang ada bisa dibilang cukup stabil.
Sekarang, masa standar kewaspadaan nasional telah kembali diperpanjang hingga tanggal 28 Juni. Untuk memperkecil skala penularan, Perserikatan Rumah Sakit, termasuk institusi cabang Heping, dan klinik gawat darurat serentak berhenti beroperasi. Berbagai institusi medis sekarang melaksanakan pemeriksaan medis melalui panggilan video, atau mendirikan apotek tempat pengambilan obat di luar institusi. Masyarakat hanya perlu membawa kartu asuransi kesehatan dan resep dari dokter, dan dapat mengambil obat yang dibutuhkan setelah membayar di pintu depan. Semua ini dilakukan tanpa perlu memasuki rumah sakit.
Persediaan suplai medis di Taipei dan New Taipei yang sebelumnya menipis secara drastis, sekarang dapat dibilang telah stabil. Sumber: Perserikatan Rumah Sakit Cabang Chongxiao
- Khawatir Diare Berarti Terinfeksi, Ini 3 Gejala yang Harus Diwaspadai
Gejala virus pandemi ini antara lain termasuk demam, batuk-batuk, hidung berlendir, dan bahkan diare. CDC telah mengumumkan bahwa diare tanpa sebab jelas juga merupakan salah satu gejala klinis yang wajib dilakukan. Masyarakat yang mengalami gejala diare tanpa sebab jelas atau keanehan dan kehilangan pada indera penciuman dan perasa yang disertai dengan riwayat perjalanan ke luar negeri, riwayat kontak dengan warga negara asing, atau riwayat kontak dengan kasus positif terinfeksi dalam 14 hari sebelum mengalami gejala-gejala tersebut wajib menjalani tes pemeriksaan.
Di awal masa persebaran virus, penduduk di Amerika Serikat yang terinfeksi tidak hanya mengalami gejala yang berhubungan dengan pernapasan mereka, namun juga gejala-gejala lain seperti rasa mual, muntah-muntah, dan diare. Menurut data internasional, sekitar 30-40% dari pasien yang mengalami gejala diare tampak tidak memiliki hubungan apapun dengan COVID-19. Namun, melihat meningkatnya situasi pandemi dalam negeri di Taiwan, timbul kekhawatiran di antara penduduk yang mengalami gejala diare. Mereka tidak hanya pergi dan membentuk antrian panjang di pos tes pemeriksaan, namun juga di rumah sakit. Tindakan ini malah memperbesar resiko penularan virus.
Menurut Dokter Chen Changyu, diare pada umumnya disebabkan oleh konsumsi makanan yang tidak bersih. Bakteri seperti norovirus, rotavirus, adenovirus, E.coli, atau salmonella biasanya terkandung dalam makanan yang tidak bersih atau sudah berjamur. Ini menyebabkan timbulnya radang pada saluran pencernaan. Apabila harus bolak balik ke toilet lebih dari 3 kali dalam sehari, maka orang yang terkait dapat dibilang mengidap diare. Tetapi bila harus bolak balik 5 kali, maka akan timbul gejala keletihan, demam, dan pengurangan kadar urin -- semua yang merupakan tanda-tanda dehidrasi. Dalam kasus ini, penduduk disarankan untuk segera mencari pengobatan.
Dokter Chen Changyu mengingatkan masyarakat bahwa diare dapat disebabkan oleh banyak hal. Penduduk yang mengalami diare tidak perlu khawatir terinfeksi apabila tidak memiliki riwayat kontak yang berhubung dengan COVID-19. Asalkan mematuhi protokol kesehatan, memakai masker, dan menjaga kebersihan tangan. Semua ini dapat membantu penduduk melindungi kesehatan tubuh sendiri. Meskipun begitu, untuk saat ini, tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit yang timbul akibat pengaruh virus. Banyak penduduk yang akan mengkonsumsi obat diare. Penduduk yang mengalami dehidrasi atau komplikasi penyakit dihimbau untuk segera berobat dan menjalani tes pemeriksaan. Pihak rumah sakit akan membantu penduduk dengan memberikan tambahan cairan dan perawatan elektrolisis.
Berita lainnya: Terima Kasih, Ibu! Nyanyian Gadis Cilik yang Menghangatkan Hati
Dokter Chen Changyu menghimbau masyarakat untuk tidak pergi menjalani tes pemeriksaan apabila tidak mengalami gejala apapun. Sumber: Perserikatan Rumah Sakit Cabang Chongxiao
- Dekat dengan Virus, Pelindung bagi Rakyat
Situasi pandemi dalam negeri yang semakin meningkat pun menjadi suatu beban berat yang harus dipikul para petugas medis. Karena belum ada obat yang efektif dan jelas, para petugas medis negara terus berjuang untuk memberikan perawatan profesional bagi pasien yang membutuhkan. Di saat yang bersamaan, mereka juga harus menanggulangi beban mental yang berat. Dalam kamar perawatan khusus, petugas medis harus menyediakan perawatan bagi 13 kasus positif terinfeksi secara bersamaan, dan memastikan bahwa setiap proses pengobatan berjalan seperti semestinya. Tentunya, ini menjadikan petugas medis sebagai orang-orang yang harus berada dalam radius jarak terdekat dengan virus ganas ini.
Dokter Chen Changyu juga menceritakan tentang salah satu pengalamannya di Unit Gawat Darurat kepada editor《Berita Global untuk Penduduk Baru》. Saat itu, ada seorang ibu tua yang tengah menerima perawatan untuk hipoksemia, yaitu kekurangan kadar oksigen pada darah. Ibu ini dikirimkan secara mendadak ke UGD. Kesadarannya jernih, dan agar proses pengobatan dapat berjalan lancar, para petugas medis harus memasukkan tabung ke dalam tubuhnya. Anak-anaknya tidak sampai hati melihat penderitaan sang ibu, dan berencana untuk membatalkan pelaksanaan prosedur medis tersebut. Namun, telepon seluler ibu ini tidak dapat digunakan. Petugas medis pun bolak balik membawa pesan antar ibu dan anak-anaknya. Akhirnya, sambil menangis, putranya menyampaikan pesan terakhirnya kepada sang ibu, “Ibu jangan khawatir. Kami akan merawat Ibu dengan baik.”
Jumlah penduduk yang mengalami gejala berat dan meninggal dunia senantiasa meningkat. Ketika ruang perawatan khusus telah dipenuhi, penduduk dengan gejala ringan hanya dapat menunggu pengobatan dan tempat tidur kosong. Bahkan, ada pula penduduk yang meninggal dunia di UGD sebelum sempat menerima perawatan. Duka dan nestapa ini tidak hanya dirasakan oleh para pasien dan keluarga mereka, namun juga dapat dirasakan oleh para petugas medis. Dokter Chen Changyu berkata, arus pasien yang melampaui kuota ini memberikan pukulan berat bagi persediaan dan sumber daya institusi medis. Selain menambah jumlah persediaan medis, Rumah Sakit Veteran Taipei juga akan memperluas kamar pasien. Dokter-dokter yang menetap di rumah sakit biasa ditugaskan untuk merawat pasien-pasien dalam ruang perawatan khusus.
Dokter Chen Changyu juga menceritakan tentang salah satu pengalamannya di Ruang Gawat Darurat. Dokter Chen Changyu menghimbau masyarakat untuk tidak pergi menjalani tes pemeriksaan apabila tidak mengalami gejala apapun. Sumber: Perserikatan Rumah Sakit Cabang Chongxiao
Dalam menghadapi situasi pandemi ini, pihak manajemen atas dari sistem kesehatan negara telah menunjukkan jiwa kepemimpinan. Mereka harus tetap menjaga jarak sosial dan kontak dengan anggota regunya selama bertugas. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa respon yang diterima dari petugas medis di garis depan perang melawan pandemi ini akan mendapat perhatian dan dijawab dengan tindakan yang semestinya dari pihak rumah sakit. Selain itu, ini juga dilakukan untuk memperkuat jiwa perjuangan para petugas medis. Sejak pandemi mulai melanda Taiwan pada bulan Mei yang lalu, puluhan ribu petugas medis telah berjuang di garis depan demi memberikan perawatan yang terbaik bagi penduduk yang membutuhkan. Selain menghormati perjuangan petugas medis, Dokter Chen Changyu juga mengingatkan masyarakat untuk setia mematuhi protokol kesehatan dan melaksanakan pemeriksaan kesehatan mandiri. Tindakan ini merupakan bentuk dukungan terbesar bagi para petugas medis.