:::

Berita Global untuk Penduduk Baru】Editor/Steven

Datang untuk tinggal di negeri asing, yang entah untuk menikah atau bekerja. Untuk para penduduk baru ini merupakan tantangan hidup sendiri bagi mereka, terutama bagi para perempuan yang datang dari Asia Tenggara. Karena jatuh cinta dengan warga Taiwan, mereka pun datang untuk menikah. Selain harus beradaptasi dengan berbagai lingkungan hidup disini, mereka pun juga harus mengatasi kesulitan bahasa, ini semua bukan lah tugas yang mudah untuk mereka para penduduk baru.

Pada tahun 2010 dilaksanakan Bantuan Pekerjaan Kemanusiaan Kamboja dari “台灣希望之芽協會” (Formosa Budding Hope Association). Selama kegiatan klinik sukarelawan di Kamboja ini, tim sukarelawan telah menemukan penyakit langka yang bernama "Sindrom Hipertrofi Vaskular", seorang mama dari gadis bernama Rui Junni pun datang meminta bantuan. Dengan bantuan dari beberapa kelompok medis, " Elephant Arm Girl” gadis berusia dua tahun, Rui Junni, akhirnya bisa datang ke Taiwan untuk mendapatkan perawatan medis. Berbagai cara pun dilakukan untuk merawat gadis berusia 2 tahun asal Kamboja ini. Akan tetapi anak tersebut terus menangis karena ketidaknyamanan setelah operasi, berbagai bahasa atau metode apa pun digunakan untuk menenangkan nya. Melalui diskusi dari rumah sakit dan stasiun layanan Warga baru setempat, di hubungilah empat saudara perempuan asal Kamboja yang tinggal di berbagai kota dan daerah di Taiwan dipertemukan untuk datang ke rumah sakit , sehingga mama nya yang tidak dapat berada di samping gadis kecil itu dapat diganti kan oleh keempat perempuan tersebut untuk menenangkan gadis kecil itu menggunakan bahasa asal mereka bahasa Kamboja.

Berita lainnya : Asosiasi Perbankan membuka Perekrutan Pelajar Luar Negeri dan Keturunan Tionghua Perantauan

Awalnya empat perempuan asal Kamboja ini belum pernah bertemu sebelumnya. Para perempuan ini dengan menggunakan bahasa asal mereka biasa nya akan menelpon keluarga mereka untuk melepas rindu. Saat itu ketika mereka tahu bahwa salah satu orang Kamboja memiliki kesulitan di Taiwan, mereka bahkan lebih semangat menolong dengan penuh kasih sayang dan berusaha membantu menghubungi keluarga atau kerabat bersangkutan. Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok perempuan di Asia Tenggara yang terdiri dari para perempuan di Taiwan telah menjangkau lebih dari 200 orang di negara-negara Asia Tenggara dan membicarakan tentang kehidupan keluarga atau anak-anak. Ketika seseorang dalam kelompok membutuhkan bantuan, kelompok perempuan Asia Tenggara di Taiwan ini mempunyai kekuatan untuk membantu mereka yang membutuhkan. Untuk para perempuan yang mengalami kesulitan, ayo kita saling membantu mereka!

 Saya awalnya berkomitmen untuk bekerja dalam membantu kemanusiaan secara internasional. Karena Rui Junni datang ke Taiwan untuk perawatan medis, saya pun bertemu dengan kelompok perempuan di Asia Tenggara, lalu ikut bergabung dengan kelompok ini.

5 tahun yang lalu, seseorang di grup mengirim pesan meminta bantuan. Ternyata A Su, perempuan di Taiwan berasal dari Kamboja, yang menikah dengan Mr. Wang yang berkewarganegaraan Taiwan. Ia mengalami kesalahan dalam proses mendapatkan kewarganegaraan nya di Taiwan, dimana agensi yang membantu nya dalam pengajuan visa tidak dapat membuat nya tinggal di Taiwan, sehingga Su tidak dapat menyelesaikan prosedur aplikasi dengan lancar, lalu mengakibatkan Su diharapkan meninggalkan Taiwan sesegera mungkin, dan ia pun tidak dapat kembali ke Taiwan untuk beberapa saat. Saat itu, anak mereka baru saja genap sebulan dan membutuhkan seorang ibu untuk merawat nya. Setelah para perempuan di Nanyang ini mengetahui kabar ini, mereka pun bergegas menyebaran kan pesan tersebut ke dalam grup mereka. Beberapa perempuan yang telah berkewarganegaraan Taiwan pun ikut serta secara aktif menghubungi agensi yang terkait untuk minta bantuan darurat, mereka juga bersama-sama mempelajari bagaimana mendapatkan dokumen yang dibutuhkan dan menanyakan hal-hal yang terkait dengan unit dan bagian-bagian nya, lalu mereka pun menghubungi Departemen Imigrasi dan Kantor Ekonomi dan Budaya Taipei di Kota Ho Chi Minh. Menurut laporan dari pegawai kantor visa saat itu, jika tidak ada bantuan dari unit/bagian mana pun, setelah meninggalkan negara ini A Su mungkin tidak dapat mengajukan visa untuk masuk ke Taiwan selama dua tahun karena permasalah perpanjangan visa nya, permasalahan ini pun juga akan bertampak pada kelompok keluarga yang bersangkutan.

Dalam operasi "Penyelamatan A Su " ini, dalam waktu yang sangat singkat, grup LINE yang terdiri dari para perempuan Nanyang dan perempuan berkewarganegara Indonesia-Taiwan. Mereka yang belum pernah bertemu, namun tetap bergerak dengan sangat efisien, dan membantu menghubungi agensi dan unit/bagian terkait perkara ini dalam waktu sesingkat mungkin. Tidak hanya mempersatukan keluarga Asu untuk kembali bersama, namun juga memberikan pengalaman/pengajaran untuk para perempuan dalam kelompok ini tentang cara menangani masalah mengenai visa atau hukum dengan benar, serta agensi dan unit-unit bagian nya.

Bagi para saudari perempuan Nanyang di Taiwan yang datang ke Taiwan karena pernikahan, Taiwan adalah negeri asing dan juga kampung halaman. Penting untuk menghargai takdir ribuan mil dari kampung halaman dan pada saat yang sama juga harus dapat beradaptasi dengan kehidupan di Taiwan, Saya pikir ini juga yang dirasakan semua penduduk baru. Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak layanan-layanan untuk para penduduk baru diciptakan, sumber daya untuk menyediakan layanan tersebut pun juga lebih memadai, terutama di bagian layanan Bahasa di berbagai negara.

Berita lainnya : Warga Negara Asing berharap Lebih banyak Aksesibilitas ke Jalur Alam di Taiwan

Kelompok perempuan penduduk baru ini berimigrasi karena perkawinan, biasanya mereka berbicara tentang kehidupan suami, anak, dan keluarga secara berkelompok. Mereka juga sangat aktif dalam berinteraksi dengan basis layanan penduduk baru di berbagai tempat, dengan bertujuan mendukung para perempuan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dan kursus bersama-sama, lalu berintegrasi secepat mungkin dan memperluas hubungan interpersonal mereka melalui kegiatan yang ada.

Kelompok para saudari perempuan Nanyang di Taiwan ini tidak memiliki perkumpulan yang formal, juga tidak memiliki asosiasi unit/bagian tertentu yang mendukung mereka. Biasanya para perempuan ini membicarakan hal mengenai rumah tangga atau pengalaman mereka sebagai ibu rumah tangga. Dengan dorongan menyemangati satu sama lain, para perempuan ini bangkit dan menjadi kuat. Efektivitas komunikasi jaringan sosial saat ini menjadi penghubung terbaik antara mereka di Asia Tenggara. Hal ini juga bertujuan untuk para perempuan di Taiwan yang baru saja tiba untuk berintegrasi lebih cepat di Taiwan, semoga melalui grup jaringan Saudari perempuan di Asia Tenggara Taiwan, mereka dapat memiliki kehidupan yang lebih bahagia.

Berita Populer

回到頁首icon
Loading