Orang tua mungkin kehilangan kendali saat mendidik anak-anak mereka, tetapi hukuman fisik bukanlah solusi untuk menyelesaikan masalah. Menurut statistik dari Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan, terdapat lebih dari 120.000 kasus pelaporan kekerasan terhadap anak secara nasional pada tahun 2023, meningkat 20% dibandingkan tahun 2022, dengan lebih dari setengahnya disebabkan oleh perlakuan fisik yang tidak tepat. Para ahli mengingatkan bahwa saat menghadapi emosi yang mengganggu dari anak-anak, orang tua harus belajar untuk menenangkan diri mereka sendiri agar tidak bereaksi secara impulsif dan melukai anak-anak.
Hukuman Fisik Masih Menjadi Pilihan Sebagian Orang Tua — Para Ahli Mengingatkan Dampaknya yang Mendalam
Sebuah survei oleh Yayasan Kesejahteraan Anak Taiwan menunjukkan bahwa 21,1% orang tua telah memukul anak-anak mereka dalam sebulan terakhir, dengan lebih dari 80% berpikir bahwa "hukuman fisik adalah cara pengasuhan yang dapat diterima" dan 30% berpikir bahwa "hukuman fisik tidak akan membahayakan anak". Namun, hukuman fisik tidak hanya mempengaruhi kesehatan mental anak, tetapi juga merusak kepercayaan dan niat untuk berkomunikasi antara orang tua dan anak, sehingga anak-anak semakin menjauh dari orang tua dan tidak mau berbagi pikiran mereka. Meskipun orang tua memahami prinsip-prinsip ini, emosi mereka tetap dapat tidak terkendali saat menghadapi kenakalan atau perlawanan anak.
Empat Teknik Menenangkan untuk Membantu Orang Tua Mengendalikan Emosi Tanpa Menggunakan Hukuman Fisik
Lee Jen-fang, seorang pengawas dari Yayasan Kesejahteraan Anak Taiwan cabang Miaoli, menunjukkan bahwa otak anak-anak belum sepenuhnya berkembang, sehingga kemampuan mereka untuk mengatur emosi relatif lebih rendah. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk menenangkan diri terlebih dahulu saat menghadapi emosi anak-anak, guna mencegah konflik semakin meningkat. Ia berbagi empat teknik praktis untuk membantu orang tua menghindari hukuman fisik saat emosi sedang tinggi.Ketika terjadi perdebatan dengan anak, sebenarnya dengan menarik napas dalam-dalam beberapa kali dan tidak berbicara sepatah katapun dulu, dapat membantu orang tua menenangkan diri dan menurunkan volume suara. (Gambar/sumber: Pexels)
- Tutup Mata dan Tarik Napas Dalam-dalam untuk Mengembalikan Rasionalitas
Saat berdebat dengan anak, volume suara kedua belah pihak sering meningkat. Pada saat itu, cobalah berhenti sejenak, tutup mata, dan tarik napas dalam beberapa kali. Tarikan napas yang dalam untuk waktu singkat ini dapat membantu menenangkan perasaan batin, menurunkan intensitas suara, dan mencegah pertengkaran keluar dari kendali. - Tinggalkan Tempat, Beri Ruang untuk Masing-masing
Jika situasinya memungkinkan, orang tua dapat meninggalkan tempat sementara untuk menenangkan diri, tetapi harus segera kembali ke sisi anak agar anak tidak merasa ditinggalkan. Jika anak mengalami tantrum di tempat umum, orang tua dapat meninggalkan tempat bersama anak. Lingkungan baru mungkin membantu mengalihkan perhatian anak dan menghentikan tangisannya. - Cari Pengganti Sementara untuk Mengatur Emosi Anak dan Beri Diri Waktu untuk Tenang
Jika ada anggota keluarga lain di rumah, mintalah mereka untuk menangani emosi anak terlebih dahulu, sehingga orang tua memiliki waktu untuk menenangkan diri. Ini akan secara efektif mencegah terjadinya kekerasan fisik akibat dorongan emosional. - Hadapi Emosi dan Nyatakan Perasaan secara Terbuka
Orang tua dapat dengan jujur menyatakan perasaannya kepada anak, misalnya: "Saya sangat marah sekarang, tetapi saya tidak ingin berteriak padamu." Kejujuran ini dapat membuat anak memahami perasaan orang tua, dan juga mengajarkan anak bagaimana menghadapi emosinya sendiri.
Sikap Tenang Menghasilkan Pola Asuh Positif, Toleransi Membantu Mengurangi Hukuman Fisik
Lee Jen-fang mengingatkan, meskipun orang tua sudah tenang tetapi bukan berarti emosi anak dapat segera tenang, terlebih saat berada di tempat umum, di mana orang tua mungkin merasakan tatapan dan tekanan orang lain. Oleh karena itu, selain menstabilkan emosi sendiri, orang tua juga perlu memiliki hati yang kuat untuk mengabaikan penilaian dari luar dan fokus untuk menstabilkan emosi anak. Sebaliknya, masyarakat akan menunjukkan rasa hormat dan pengertian terhadap konflik antara orang tua dan anak. Pandangan mata yang ramah dapat membantu orang tua merasa lebih didukung dan mengurangi hukuman fisik terhadap anak mereka karena tekanan.
Proses membesarkan anak penuh dengan tantangan, dan orang tua juga perlu untuk berlatih dan berkembang menghadapi tantangan-tantangan ini. Gunakan cinta kasih dan ketenangan sebagai penganti kemarahan dan omelan, dengan demikian baru dapat menjalin hubungan orang tua dan anak yang sehat, agar anak dapat tumbuh besar di lingkungan yang penuh dengan kehangatan