Kontroversi terbaru yang melibatkan atlet petinju putri Taiwan Lin Yu-ting, yang disorot oleh penulis Harry Potter J.K. Rowling dengan membagikan laporan media yang mempertanyakan "jenis kelaminnya", telah menarik perhatian dan diskusi luas. Insiden ini tidak hanya menghadapkan Lin Yu-ting ke dalam tekanan besar, tetapi juga mendorong komunitas medis Taiwan untuk meninjau kembali hubungan antara kromosom dan jenis kelamin. Pakar genetika menegaskan bahwa penentuan jenis kelamin tidak hanya berdasarkan kromosom XX atau XY; melainkan melibatkan kombinasi lebih dari 20 gen dan faktor lingkungan.
Pada tahap awal perkembangan embrio, jenis kelamin belum ditentukan, dan proses diferensiasi seksual dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Akibatnya, kondisi kelainan diferensiasi seksual (DSD) dapat terjadi, di mana individu dengan kromosom XY dapat muncul sebagai perempuan, atau yang memiliki kromosom XX dapat muncul sebagai laki-laki. Statistik menunjukkan bahwa sekitar 1 dari setiap 5.500 bayi baru lahir di seluruh dunia mengalami masalah terkait jenis kelamin pada saat lahir, yang sering kali baru ditemukan pada masa pubertas atau dewasa.
Pada tahap awal perkembangan embrio, jenis kelamin belum ditentukan. (Gambar/sumber: Heho Health)
Penting untuk membedakan antara kelainan diferensiasi seksual dan identitas transgender. DSD adalah kondisi yang disebabkan oleh faktor fisiologis seperti gen atau hormon yang menyebabkan ketidaksesuaian antara karakteristik seksual dan kromosom, sedangkan identitas transgender melibatkan ketidaksesuaian antara jenis kelamin psikologis dan fisik. Insiden ini mengingatkan kita akan perlunya kehati-hatian dan inklusivitas dalam menangani isu-isu gender, memahami kompleksitas penentuan jenis kelamin, dan menghindari penilaian yang terlalu sederhana pada kasus-kasus tertentu.
