Menteri Pembangunan Internasional Norwegia, Anne Beathe Tvinnereim, menyatakan dunia tidak akan mampu mengatasi volume sampah plastik dalam satu dekade mendatang kecuali ada kesepakatan global untuk memangkas produksi plastik. Hal ini disampaikannya dalam pertemuan terakhir PBB mengenai perjanjian global untuk mengakhiri polusi plastik di Busan, Korea Selatan.
Menurut Tvinnereim, perpecahan masih terjadi antara negara-negara penghasil plastik, seperti Arab Saudi, Rusia, dan Iran, yang menolak pengurangan produksi, dengan negara-negara berkembang yang menginginkan pengurangan produksi plastik untuk mengurangi beban sistem limbah mereka. Koalisi yang dipimpin Norwegia dan Rwanda mendesak agar polusi plastik ditangani sepanjang siklus hidupnya, termasuk dengan membatasi produksi plastik.
Penelitian menunjukkan plastik telah ditemukan di tubuh manusia, seperti arteri, testis, dan air mani, yang menimbulkan risiko serius terhadap kesehatan. Sampah plastik juga mengancam keanekaragaman hayati dan perubahan iklim. Namun, negosiasi masih terhenti, terutama dalam menetapkan target pengurangan produksi industri plastik senilai USD 712 miliar.
Tvinnereim menegaskan pentingnya mengurangi konsumsi plastik sekali pakai dan melarang bahan kimia beracun dalam plastik yang bersentuhan dengan makanan atau mainan anak. Meskipun banyak negara sudah melarang plastik sekali pakai, tekanan dari negara penghasil minyak membuat kemajuan menjadi sulit.Setelah ke Eropa dan AS, Kini Indonesia Kirim Balik Sampah ke Australia
Penggunaan plastik diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat pada 2060, dengan mayoritas konsumsi terjadi di sub-Sahara Afrika dan Asia. Sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik diproyeksikan meningkat secara signifikan, sehingga menimbulkan masalah lingkungan yang lebih parah.
Tvinnereim menambahkan bahwa AS dan Cina memiliki peran penting dalam upaya pengurangan produksi plastik global. Meski demikian, ketidakpastian politik, seperti potensi kembalinya Donald Trump ke kursi presiden, membuat komitmen AS untuk mendukung pembatasan produksi menjadi diragukan.
Negosiasi yang berlangsung hingga 1 Desember ini menjadi penentu penting dalam menciptakan langkah global yang efektif untuk mengatasi krisis plastik. Menurut Tvinnereim, kesepakatan yang ideal sulit tercapai, tetapi langkah kecil tetap penting untuk mencapai solusi jangka panjang.