img
:::

Apa yang Terjadi pada Pemuda Taiwan? Pendidikan Seksual dan Emosi Kurang Memadai, Pakar Menawarkan 3 Solusi Berbasis Cinta!

Pendidikan seksual di Taiwan menghadapi masalah utama: Kurangnya pemahaman tentang hubungan intim yang sehat. (Gambar/sumber: Heho)
Pendidikan seksual di Taiwan menghadapi masalah utama: Kurangnya pemahaman tentang hubungan intim yang sehat. (Gambar/sumber: Heho)

Pendidikan emosional di Taiwan sedang menghadapi tantangan serius. Masalah seperti angka kelahiran rendah dan gerakan Me Too mengungkapkan keterasingan generasi muda saat ini terhadap cinta, membuat banyak orang menjadi generasi "tidak mampu mencintai". Untuk mengatasi masalah ini, Asosiasi Pendidikan Seksual Taiwan dan Asosiasi Pengembangan Pendidikan Emosional Tionghoa telah bersama-sama memilih "10 Berita Utama tentang Pendidikan Seksual dan Emosi di Taiwan" selama empat tahun berturut-turut. Inisiatif ini bertujuan untuk mengidentifikasi kelemahan dalam pendidikan Taiwan dan mengusulkan solusi konstruktif.

Pada tahun 2023, tiga berita utama yang dipilih adalah:

  • "56% Orang Lajang Ingin Menikah dan Memiliki Anak"
  • "Peningkatan Hukuman Berdasarkan Tiga Undang-Undang Kesetaraan Gender"
  • "Gerakan Me Too Mengungkapkan Kekurangan Kesadaran Kesetaraan Gender"
     

Tantangan Emosional: Kurangnya Hubungan Intim yang Sehat

Di balik berita-berita ini, ada masalah yang lebih mendalam: kurangnya pemahaman orang Taiwan tentang hubungan intim yang sehat. Menurut Kao Song-ching, Direktur Eksekutif Hsing-Ling Medical Foundation, keraguan generasi muda terhadap pernikahan tidak hanya disebabkan oleh tekanan ekonomi tetapi juga kurangnya kepercayaan pada hubungan emosional yang stabil dan sehat. Ketidaktahuan tentang cara mencintai dan membangun hubungan menjadi alasan utama banyak anak muda enggan memasuki pernikahan.

Meskipun masyarakat modern menekankan kebebasan pribadi dan keselarasan emosional, tanpa dasar cinta dan komunikasi, "cinta bebas" sulit untuk bertahan lama. Kao juga menyoroti bahwa masalah di balik gerakan Me Too dan pelecehan seksual terkait dengan kurangnya pemahaman tentang emosi dan hubungan yang sehat. Inilah mengapa pendidikan seks dan emosi sejak dini menjadi sangat penting. 

Belajar Mencintai: 3 Solusi Utama untuk Memulihkan Pemahaman Emosional

Untuk membantu generasi muda memahami cinta, Kao mengusulkan 3 pendekatan untuk mengubah cinta dari pengalaman singkat menjadi pelajaran seumur hidup.

  • Menjadikan "Pelajaran Cinta" sebagai Kurikulum Wajib
    "Cinta cepat saji" telah menjadi tren utama dalam masyarakat saat ini, di mana perpisahan sering menjadi respons pertama terhadap masalah dalam hubungan. Pola pikir ini membuat sulit untuk mempertahankan hubungan jangka panjang. Kao menekankan bahwa hubungan yang sehat memerlukan usaha, dan belajar cara menangani masalah dalam hubungan adalah suatu keharusan. Menjadikan "pelajaran cinta" sebagai kurikulum wajib dapat mengajarkan generasi muda bagaimana mencintai sekaligus meningkatkan literasi emosional mereka dan kemampuan untuk menghadapi kesulitan. 
  • Keluarga sebagai Landasan Pendidikan Emosional: Orang Tua Harus Menjadi Teladan
    Pendidikan emosional tidak hanya bergantung pada pelajaran di kelas tetapi juga harus diintegrasikan ke dalam kehidupan keluarga. Kao menekankan bahwa orang tua memainkan peran tak tergantikan dalam proses pertumbuhan anak. Keluarga harus menjadi tempat di mana anak-anak merasakan cinta. Tidak hanya mengajarkan tentang seks dan emosi, orang tua juga harus menunjukkan hubungan yang sehat dan cara mengekspresikan cinta. Misalnya, menghindari pertengkaran hebat di depan anak dan sering menunjukkan kasih sayang kepada pasangan agar anak belajar pola emosi yang sehat dari keluarga. 
  • Remaja Perlu Mengembangkan Literasi Emosional dengan Panduan Guru
    Bagi siswa sekolah menengah, meskipun perkembangan fisiologis mereka hampir selesai, bagian otak prefrontal cortex — yang berhubungan dengan pengaturan emosi — masih dalam tahap perkembangan. Oleh karena itu, guru yang berpengalaman memiliki peran penting dalam membantu siswa menghadapi tantangan dalam hubungan gender melalui interaksi sehari-hari. Kao menyarankan bahwa panduan dari guru dapat membantu siswa memahami batasan emosi dalam hubungan, seperti mengenali hak mereka sendiri, merespons pelecehan dengan tepat, dan menghormati batasan orang lain.

Disarankan agar guru atau pembimbing dengan perkembangan psikologis yang lebih matang membimbing siswa dalam menghadapi dan mempelajari hubungan antar gender melalui interaksi sehari-hari dan situasi nyata. (Gambar/sumber: Pixabay)

Hubungan Intim yang Sehat Adalah Fondasi Kebahagiaan

Inti dari hubungan emosional dan pendidikan seks adalah belajar mencintai dan membangun hubungan intim yang sehat. Hal ini tidak hanya memengaruhi kebahagiaan seumur hidup individu tetapi juga menjadi landasan penting untuk keharmonisan masyarakat.

Belajar mencintai bukanlah kemampuan bawaan, melainkan proses yang membutuhkan pendidikan dan latihan. Dari sekolah ke keluarga hingga masyarakat, pendidikan emosional harus hadir di mana saja.

Baik di keluarga maupun sekolah, keduanya harus menjadi tempat yang subur bagi pendidikan emosional anak. Dari kecil, anak perlu dibimbing untuk memahami dan mempraktikkan cinta. Pendekatan pendidikan seperti ini akan membantu mereka membangun hubungan yang stabil dan sehat, mencintai orang lain, dan dicintai. Pelajaran-pelajaran yang tampaknya sederhana ini adalah fondasi yang tak tergantikan untuk kehidupan yang bahagia dan memuaskan.

Berita Populer

回到頁首icon
Loading