img
:::

Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Depok, Alif Noeriyanto menyebutkan bahwa dalam beberapa waktu ke depan, Kota Depok akan memiliki lebih banyak laboratorium pemeriksaan Covid-19 berbasis PCR. Selain RS Universitas Indonesia yang saat ini menjadi satu-satunya laboratorium rujukan di Depok, RS Brimob, Labkesda Kota Depok, serta sejumlah rumah sakit swasta diperkirakan akan menyusul ditetapkan sebagai laboratorium rujukan, setelah proses birokrasi rampung. Bertambahnya jumlah laboratorium pemeriksaan akan memperbesar kapasitas tes dan deteksi Covid-19 di Depok.

Konsekuensinya, tren kasus Covid-19 di Depok yang diklaim perlahan melambat bisa jadi melonjak angkanya karena bertambahnya jumlah tes dan deteksi. "Kalau kita mau cari grafik yang akurat, rata-rata tes itu 10 persen dari jumlah total penduduk kita, sehingga di Depok sekitar 240.000-an," ujar Alif kepada Kompas.com pada Jumat (15/5/2020) pagi. Pekan lalu, Wali Kota Depok mengklaim akan melakukan tes Covid-19 terhadap warganya secara masif dalam waktu dekat, menggunakan metode tes swab berbasis PCR. Namun, hingga hari ini, ia belum mengumumkan kapan wacana tersebut akan diselenggarakan. Sejauh ini, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Depok yang dikomandoi Idris masih mengandalkan pemeriksaan massal berbasis rapid test (uji cepat), yang hasilnya kurang akurat. Depok tertinggal dari Kota Bekasi, sebagai contoh, yang telah menggelar tes Covid-19 massal secara acak berbasis PCR di tempat umum dan berhasil menjaring belasan warganya positif Covid-19.

 

Jangan takut angka besar

Alif menjelaskan, prinsip utama penanggulangan Covid-19, termasuk di Depok, ialah secepat dan sebanyak mungkin melakukan pemeriksaan, pelacakan kasus, dan isolasi.

Ketiganya berlangsung secara berurutan. Artinya, isolasi dan pelacakan kasus tidak bisa masif seandainya kapasitas tes atau pemeriksaan Covid-19 masih minim. Ia menilai, pemerintah tidak perlu gusar jika tes yang masif kelak membuat angka kasus Covid-19 meroket.

"Jangan takut dengan angka yang cukup banyak. Justru dengan hasil positif yang banyak, dan banyak orang yang sudah diketahui positif, itu malah meningkatkan kesadaran soal keamanan kita," ungkap Alif. "Karena kalau yang positif sudah ketahuan semua, kita bisa isolasi, sambil tracing (melacak) yang lain, bisa kita pantau yang isolasi," tambah dia. Memang, jika temuan kasus Covid-19 tiba-tiba membesar, ada kekhawatiran sistem kesehatan Kota Depok akan keteteran. Namun, Alif berpendapat bahwa saat ini sistem tersebut relatif lebih baik, dengan adanya belasan rumah sakit pemerintah dan swasta yang melayani pasien Covid-19. "Kalau kita pantau di Depok, beberapa RS memang mengalami penurunan okupansi pasien. Tapi, tidak bisa dilihat begitu saja. Bisa karena sekarang banyak rumah sakit yang handle, jad sudah tidak sepadat dulu," ucap dia. Selain itu, pemerintah juga telah menyiapkan rumah sakit khusus isolasi mandiri pasien Covid-19 di Depok, yang tidak dapat diisolasi mandiri di rumahnya, yakni RS Hasanah Graha Afiah (HGA) dan RS Citra Medika. "Maka tidak usah khawatir. Dengan itu, semua masalah akan selesai," ujar Alif. "Jangan sampai ujung-ujungnya Covid-19 ini seperti demam berdarah dan malaria, musiman dan berkepanjangan. Covid-19 kan pertama ditemui di Depok, kita juga pengin berakhir pertama kali di Depok," pungkasnya.

 

Sumber:Kompas

Petugas medis Dinas Kesehatan Kota Bogor melakukan swab test Covid-19 di Pasar Bogor, Selasa(Kompas)

Berita Populer

Berita Terbaru 最新消息icon
回到頁首icon
Loading