Dokter Chen Yi-chun dari Rumah Sakit Cathay menyebutkan bahwa glaukoma terbagi menjadi dua jenis: primer dan sekunder. Glaukoma primer umumnya berkaitan dengan kondisi fisik, yang disebabkan oleh tekanan mata tinggi yang merusak saraf optik; sedangkan glaukoma sekunder dapat disebabkan oleh cedera atau penyakit mata lainnya. Dokter Lü Da-wen, Kepala Spesialis Glaukoma di Rumah Sakit Militer Tri-Service, menegaskan bahwa glaukoma adalah penyebab kebutaan terbesar kedua setelah katarak. Metode pengobatan saat ini meliputi penggunaan tetes mata, operasi laser, dan operasi tradisional. Kehadiran alat pengukur tekanan mata seperti alat pengukur tekanan darah memberikan kemudahan untuk memantau fluktuasi tekanan mata, yang membantu dalam diagnosis dan pengobatan dini.Kelompok berisiko tinggi untuk glaukoma (Gambar/sumber: Heho Health)
Pengalaman Pasien: Mengubah Kebiasaan Hidup untuk Mengontrol Tekanan Mata dengan Efektif
Seorang pasien bernama Zhang, yang mengalami sakit kepala dan dada sesak dalam waktu lama, didiagnosis menderita glaukoma setelah pemeriksaan. Dia berhasil menstabilkan tekanan matanya dengan mengikuti pengobatan secara teratur dan mengubah kebiasaan minum airnya, dari minum banyak sekaligus menjadi minum sedikit tetapi lebih sering. Dia menekankan bahwa meskipun glaukoma tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, pengelolaan yang tepat dapat sangat meningkatkan kualitas hidup.
Alat Pengukur Tekanan Mata Portabel: Solusi Praktis untuk Pengelolaan Penyakit
Dokter Lü Da-wen menjelaskan bahwa fluktuasi besar dalam tekanan mata adalah faktor risiko yang memperburuk glaukoma. Dia menyarankan pasien untuk mengukur tekanan mata setiap hari dan mencatat hasilnya agar dokter dapat menyesuaikan rencana pengobatan selama kunjungan. Bagi pasien yang sibuk atau sering bepergian, alat pengukur tekanan mata portabel menawarkan fleksibilitas dalam pengelolaan penyakit.Glaukoma: Penyebab Kebutaan Kedua Terbesar (Gambar/sumber: Heho Health)
Glaukoma Semakin Banyak Dialami Kaum Muda – Skrining Tidak Boleh Diabaikan
Data asuransi kesehatan menunjukkan bahwa hampir 30% pasien glaukoma berusia di bawah 49 tahun, bahkan ada yang terdiagnosis pada usia 20-an. Dokter memperingatkan bahwa glaukoma tidak lagi menjadi penyakit eksklusif bagi orang tua, dan semua kelompok usia perlu melakukan skrining secara teratur dan memantau tekanan mata harian untuk melindungi "jendela jiwa" mereka serta mencegah kerusakan penglihatan yang tidak dapat dipulihkan.